Zohran Mamdani: Muslim Progresif yang Menangkan Pilwalkot di New York

Sosok Zohran Mamdani (34), politisi muda Partai Demokrat dari komunitas Muslim yang menjadi Walikota New York City (Foto: IG/@zohrankmamdani)

PARBOABOA, Jakarta - Kota New York memasuki lembaran sejarah baru pada Rabu (5/11/2025) waktu setempat setelah terpilihnya Zohran Mamdani (34), politisi muda Partai Demokrat dari komunitas Muslim. 

Hasil hitung CBS News menunjukkan Mamdani meraih sekitar 50,4 persen suara, mengungguli kandidat independen Andrew Cuomo yang meraih 41,6 persen dan Curtis Sliwa dari Partai Republik dengan 7 persen suara.

Kemenangan ini tidak hanya menjadi tonggak politik bagi komunitas Muslim di New York, tetapi juga mencerminkan pergeseran suasana politik Amerika di bawah bayang-bayang berkuasanya Donald Trump.

Dalam pidato kemenangan yang berlangsung Selasa (4/11/2025) malam waktu AS atau Rabu siang WIB, Mamdani menyampaikan pesan kuat untuk “menyuarakan harapan yang tetap hidup”. 

Di momen yang sama, ia juga menyasar figur Presiden AS Donald Trump dengan meneriakkan kata “keraskan volumenya” sebagai simbol keberanian menghadapi tekanan politik, sekaligus tantangan terbuka terhadap retorika Trump.

Ia menegaskan bahwa jika ada kota yang mampu menunjukkan cara menghadapi pemimpin yang dianggap mengabaikan aspirasi publik, maka kota itu adalah New York, tempat Trump dilahirkan pada 14 Juni 1946. 

Mamdani menyebut bahwa New York akan menjadi “cahaya di tengah masa politik yang suram” dan memulai “era baru” yang seharusnya hadir lebih cepat.

Di hadapan para simpatisannya, ia juga menyampaikan bahwa kemenangan ini akan dipersembahkan bagi kelas pekerja dan kelompok rentan. 

Mamdani bilang, perjuangannya adalah membela para imigran, komunitas trans, perempuan kulit hitam yang diberhentikan Trump dari pemerintahan federal, hingga para janda yang berjuang menghadapi tingginya harga bahan pokok.

Sejak masa kampanye, hubungan Mamdani dan Trump penuh ketegangan. Trump berkali-kali menyerang Mamdani, bahkan mengancam memutus dana federal untuk New York jika kota itu dipimpin sosok yang disebutnya berhaluan “komunis”.

Mamdani membalas dengan menyatakan bahwa cara melawan pemimpin yang berpotensi bersifat otoriter adalah dengan memahami dan memperbaiki kondisi yang membuat mereka bisa mengonsolidasikan kekuasaan. 

Ia menyebut tantangan terbesarnya sebagai wali kota adalah menyikapi krisis biaya hidup dan mendorong program publik besar-besaran untuk menekan beban ekonomi warga.

Ia juga menyatakan komitmen kuat menjadikan New York sebagai kota inklusif yang merayakan keberagaman dan melindungi semua warganya, termasuk komunitas Yahudi dari serangan antisemitisme serta mereka yang tidak memilihnya. 

Di akhir pidato, ia mengutip tokoh sosialis Amerika Eugene Debs, menyebut bahwa ia mampu “melihat fajar bagi masa depan umat manusia”. Dengan percaya diri, Mamdani menyebut bahwa masa depan kini berada di tangan rakyat New York.

Kemenangan Mamdani menandai kebangkitan generasi baru pemimpin Demokrat di tengah gejolak nasional. 

Di kota tempat keragaman budaya dan agama menjadi denyut utama kehidupan, naiknya pemimpin muda Muslim menjadi simbol bahwa politik Amerika masih menyediakan ruang bagi suara yang termarjinalkan.

Biografi Singkat

Zohran Kwame Mamdani memasuki panggung sejarah sebagai salah satu pemimpin muda paling mencolok di Amerika Serikat. 

Dalam usia 34 tahun, sosialis demokrat ini bergerak menuju kursi Wali Kota New York dan menjadi pemimpin termuda kota tersebut dalam lebih dari 100 tahun. 

Karier politiknya, yang dibangun dari kedekatan dengan isu keadilan sosial dan pengalaman bekerja bersama warga kelas pekerja, kini membawa warna baru ke pusat kekuasaan kota metropolitan terbesar di AS.

Mamdani lahir di Kampala, Uganda, pada 18 Oktober 1991. Ia tumbuh dalam keluarga dengan latar belakang akademik dan budaya yang kuat.

Ayahnya, Mahmood Mamdani, adalah intelektual ternama Uganda, sementara ibunya, Mira Nair, dikenal luas sebagai sutradara film asal India. 

Pada usia tujuh tahun, keluarga ini pindah ke New York, kota yang kelak menjadi panggung perjuangan politiknya. 

Pendidikan tinggi ia tempuh di Bowdoin College, Maine, dalam bidang Studi Afrika. Awal tahun 2025, ia memulai babak baru dalam kehidupan pribadinya dengan menikahi Rama Duwaji, seorang seniman asal Suriah yang kini tinggal di Brooklyn.

Sebelum terjun ke arena politik, Mamdani bekerja sebagai konselor perumahan, membantu keluarga berpendapatan rendah menghindari penggusuran. 

Pengalaman itulah yang membentuk kedekatannya dengan isu perumahan dan mendorong komitmennya pada perlindungan kaum pekerja.

Di ranah internasional, namanya mencuat berkat sikap tegas terhadap isu Palestina. Pada Oktober 2024, ia secara terbuka menuduh Israel melakukan tindakan genosida di Gaza. 

Mamdani juga menyampaikan bahwa apabila Benjamin Netanyahu berkunjung ke New York saat ia menjabat sebagai wali kota, ia siap menangkap perdana menteri Israel tersebut. 

Ia turut mendukung gerakan boikot, divestasi, dan sanksi terhadap entitas bisnis yang terkait dengan pemerintah Israel. 

Bagi Mamdani, seruan untuk globalisasi intifada bukanlah ajakan kekerasan, melainkan solidaritas bagi kelompok tertindas di seluruh dunia.

Identitasnya sebagai Muslim yang tumbuh di Amerika pasca serangan 11 September 2001 juga membentuk perspektifnya mengenai diskriminasi dan manipulasi simbol-simbol agama. 

Ia kerap menyoroti bagaimana kata-kata Arab dipelintir untuk membenarkan prasangka, dan ia menempatkan pengalaman itu sebagai landasan perjuangannya melawan ketidakadilan.

Dalam kampanye menuju jabatan wali kota, ia membawa gagasan besar untuk menjadikan New York kota yang lebih manusiawi bagi kelas pekerja. 

Salah satu janji utamanya adalah menggratiskan seluruh layanan bus pada 2027 untuk meringankan beban transportasi warga. 

Di bidang perumahan, ia berencana membekukan tarif sewa di apartemen dengan skema stabilisasi harga dan membentuk lembaga pembangunan perumahan sosial guna memperluas hunian terjangkau. 

Tak hanya itu, ia juga ingin membuka toko kelontong milik pemerintah di wilayah yang minim akses ke pusat komersial, memperbesar program makan gratis di sekolah negeri, serta memperluas layanan penitipan anak.

Dukungan terbuka terhadap Palestina menjadi salah satu identitas politik yang memperkuat posisinya di mata pemilih. 

Dengan latar belakang keluarga imigran, pengalaman mendampingi warga rentan, serta keteguhan membela hak sipil di dalam dan luar negeri, Mamdani muncul sebagai wajah baru politik urban Amerika. 

Ia membawa harapan, terutama bagi komunitas pekerja dan mereka yang memperjuangkan keadilan global. 

Editor: Defri Ngo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS