PARBOABOA, Pematang Siantar – Sebanyak 287 murid Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8 Pematang Siantar belajar dengan kurikulum merdeka. Dua bulan sudah berjalan dan pihak sekolah mengaku memiliki kendala di pengajar yang belum siap dengan metode baru selama masa transisi.
Salah seorang murid kelas VII SMP Negeri 8, Olivia yang belajar dengan kurikulum merdeka mengatakan, sistem yang diterimanya saat ini jauh lebih menyenangkan dibanding teknik K13.
Alasan Olivia lebih menyukai pola kurikulum merdeka belajar karena teknik penyampaian ilmunya lebih mudah dimengerti dan menyenangkan.
“Pembelajarannya enak, gurunya juga seru. Lebih enaklah dari SD,” katanya kepada Parboaboa, Selasa, (23/08) siang.
Olivia juga mengatakan, di kelas guru-guru sistem belajarnya dibuat berkelompok dan menerapkan nilai-nilai profil belajar Pancasila.
“Iya, kami kemarin belajar IPA pakai kelompok dan lebih sering belajar pake kelompok. Kemarin juga ada disebut tentang profil Pancasila sama guru," katanya.
Kepala Sekolah SMP Negeri 8 Kota Pematang Siantar, Imelda Samosir menjelaskan, saat ini ada dua kurikulum yang diterapkan yakni kurikulum merdeka untuk kelas VII dan kurikulum K13 untuk kelas VIII dan IX.
Dijelaskannya, untuk kurikulum merdeka tahapan penilaian, dari aspek akademis dan non akademis.
"Untuk non akademis, siswa diusahakan untuk bisa menyelesaikan projek profil pelajar Pancasila. Untuk non akademisnya, diusahakan siswa itu bisa menyelasaikan projek profil pelajar Pancasila. Jadi, bagaimana menjadi seorang pelajar Pancasila itu dibuatlah projek pelajar Pancasila," katanya.
Imelda lebih jauh menjelaskan, untuk penerapan projek Pancasila di SMP Negeri 8 masih tahal sosialisasi dan diterapkan secara perlahan.
“Kalau di SMP 8, projek tersebut sudah mulai disosialisasikan, karena ini masih bulan kedua, masih tahap sosialisasi. Untuk penerapannya pelan-pelan diberlakukan," ucapnya.
Ada Kendala
Imelda selaku kepala sekolah mengakui ada kendala yang dihadapi dari penerapan kurikulum merdeka belajar, yakni sejumlah guru yang belum paham penerapan teknik belajar profil Pancasila.
“Jelaslah ada kendala. Kendalanya belum semua guru itu yang masuk ke kelas VII paham betul mengenai profil yang ada di kurikulum itu karena masih di dalam masa transisi," ucapnya.
Di tengah kendala yang ada, Imelda menyebut jika sekolah berusaha untuk menerapkan metode secara maksimal. Adapun pada penerapannya, sekolah membuat beberapa kegiatan seperti memulai membuat literasi, numerasi dan sikap profil Pancasila.
“Contohnya membuat kesepakatan di dalam kelas, peraturan di dalam kelas yang disepakati oleh gurunya, kemudian bagaimana memulai membuat literasi, numerasi, sikap-sikap 8 dimensi dari profil Pancasila itu bagaimana," katanya.
Untuk guru, ia mengatakan sudah melakukan pelatihan terkait kurikulum baru ini. Meski belum maksimal, namun terbantu oleh Platform Merdeka Belajar (PMM).
Sedangkan untuk kekurangan dari kurikulum merdeka, Imelda mengaku belum bisa mengatakannya karena baru berjalan dua bulan.
Imelda berharap, guru dapat membantu dan mengarahkan murid mencintai pelajaran dan sekolahnya untuk mengetahui tujuan akhirnya.
“Tujuan kita membina bagaimana murid cinta pelajaran dan sekolahnya. Baru dia mampu menyelesaikan tujuan akhirnya, mau ke mana dan bisa apa. Dan guru juga di dalam kurikulum merdeka ini memiliki sifat membantu dan mengarahkan siswa dalam menemukan kekurangan dan kelebihan mereka," ucapnya.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikudristek) mulai memulihkan sistem pembelajaran dengan menerapkan kurikulum merdeka di tahun ajaran 2022-2023.
Penerapan kurikulum ini lebih berpihak kepada murid, di mana tidak hanya berfokus ke perangkat mengajar yang canggih, namun mengatur perangkat untuk bekerja sesuai dengan kebutuhan seluruh murid.