PARBOABOA, Pematang Siantar - Harga telur ayam ras di Kota Pematang Siantar masih bertahan mahal sejak Mei 2022. Saat ini perpapan isi 30 butir sudah mencapai Rp50 ribu. Pedagang dan konsumen resah atas kondisi tersebut dan berharap pemerintah segera mengambil tindakan.
Salah satu pedagang telur ayam ras di Pasar Tradisional Parluasan Pematang Siantar, Billy (38) mengatakan, tidak mengetahui dengan pasti penyebab mahalnya harga telur ayam, karena dari sisi stok masih normal (mudah didapatkan) dari distributor lokal maupun luar daerah.
Akibat dari kenaikan itu, Billy mengaku omset penjualan menurun dibanding bulan-bulan sebelumnya.
“Sekarang Rp50 ribu lebih harganya per papan, dulunya sih masih Rp30 ribu. Penjualan kita menurun drastislah, langganan kita yang biasa beli lima papan sekarang cuma 2 papan saja.” kata billy kepada PARBOABOA, Kamis (25/8).
Parboaboa melakukan wawancara dengan salah seorang distributor telur ayam di Lubuk Pakam, Aho. Dia justru menyampaikan jika ketersedian stok sedang tidak banyak, dan membuat pasokan ke beberapa daerah berkurang.
Ia pun menyebutkan, hal ini sudah terjadi sejak Mei 2022 lalu. “Biasa kita memasok ke Bagan Batu, Pematang Siantar, Parapat dan Tongging. Tapi stok lagi kosong lantaran ayam sedang tidak produktif (bertelur). Barang dari peternak-peternak kecil pun sulit didapatkan,” kata Aho saat diwawancarai melalui telepon.
Salah satu konsumen telur ayam, Yulita Butar-Butar yang juga pedagang mie goreng di Pasar Horas Pematang Siantar mengatakan, jika kenaikan harga telur ayam sangat berpengaruh terhadap penjualannya.
Di satu sisi ia harus menyesuaikan biaya pengeluaran, namun mempertimbangkan kemampuan pelanggannya untuk membeli.
“Ini telur mahal sekali harganya. Belanja kita udah nombok ke sana semua. Jadi sulit nentukan harga, kalo di naikkan harganya, takutnya tidak laku. Berat sih kalo begini terus, kalo bisa kembali normallah harganya, pemerintah segera ambil tindakan," kata yulita.
Staf Penguji Mutu Barang Dinas Perdagangan Kota Pematang Siantar, Esra Edward Sinaga saat dikonfirmasi membenarkan kenaikan harga telur ayam, di mana disebabkan dua faktor.
Dijelaskan Esra, faktor pertama, stok telur ayam banyak dipakai untuk distribusi bantuan Program Keluarga Harapan (PKH). Kedua produksi telur ayam berkurang karena dipengaruhi cuaca ekstrim.
“Ini berdasarkan analisis dan pengalaman kita, menjelang distribusi PKH stok telur ayam tersedot kesana. Sehingga, di pasar sedikit barangnya dan harga pun menjadi mahal, ” kata Esta.
Saat ditanyai mengenai upaya penanggulangan kenaikan harga tersebut, Esra menjelaskan, jika pihaknya secara rutin melakukan monitoring harga telur ayam di pasar-pasar tradisional guna mencegah adanya kecurang dari pedagang dalam menaikkan harga.
Pihaknya juga berencana membuka pasar murah untuk menjual telur-telur ayam dengan harga normal, namun gagal karena produsen telur ayam tidak bersedia bekerja sama.
“Kita hampir tiap hari monitoring di pasar-pasar tradisional, agar pedagang tidak berspekulasi. Ada rencana kita bikin pasar murah, tapi produsen telur tidak ada yang mau menurunkan sedikit harganya. Itulah upaya yang masih kita lakukan hingga saat ini,” kata Esra.