PARBOABOA, Jakarta - Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) kembali menghadirkan Djakarta International Theater Platform (DITP) 2025 sebagai ajang pertemuan seniman teater dari berbagai negara.
Ketua DKJ, Bambang Prihadi pada Selasa (5/8/2025), menjelaskan bahwa melalui DITP, pihaknya ingin mendorong Jakarta memiliki peran strategis dalam politik kesenian.
Menurutnya, kegiatan ini menjadi sarana penting bagi seniman muda untuk berkarya secara berkelanjutan dan memberi inspirasi.
Tahun ini, DITP melibatkan seniman dari berbagai negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Myanmar, dan Vietnam.
Kehadiran mereka diharapkan tidak hanya memperkenalkan Jakarta sebagai kota budaya, tetapi juga memberi dampak positif pada perekonomian melalui perputaran uang dari kunjungan wisatawan mancanegara.
Bambang menambahkan, festival ini “selaras dengan empat pilar kebudayaan pemerintah, yaitu pembinaan, pengembangan, perlindungan, dan pemanfaatan.”
Menurutnya, pemanfaatan hasil kegiatan seni dapat berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Ia mencontohkan peningkatan okupansi hotel dan aktivitas ekonomi di sekitarnya setiap gelaran teater berlangsung.
Festival ini resmi dibuka dengan pementasan “Plunge”, sebuah karya dari penulis Singapura Jean Tay, yang dibawakan Teater Tetas.
Lakon tersebut mengangkat kisah dan kritik sosial pada masa reformasi 1998 dan membuka ruang refleksi sekaligus dialog agar peristiwa serupa tidak terulang.
Pertunjukan disutradarai oleh Harris Syaus dan diperankan oleh Briggitta Cynthia, Jonathan Simorangkir, Elzan Aziz, Afrido Azizi, serta Amagerald.
Usung Tema
Memasuki usia kedelapan, DITP 2025 mengusung tema kuratorial “rumah || panggung”.
Direktur Artistik Yustiansyah Lesmana menyebut bahwa perayaan ini bukan sekadar ajang pentas, melainkan ruang untuk merumuskan ulang peran seni pertunjukan sebagai wadah berpikir.
Ia menegaskan bahwa inisiatif ini adalah upaya jangka panjang membangun ekosistem pertunjukan yang kuat akarnya namun terbuka terhadap dialog lintas identitas dan sejarah.
Selama delapan hari, festival menyajikan tujuh pertunjukan utama:
Plunge – Teater Tetas (Jakarta)
Tidur Lambak – Tapir Studio (Malaysia)
Gerak dari Cikini – Nungki Kusumastuti (Jakarta)
The Lessons of Silence – Agnes Christina (Magelang)
The Voices After Cak! – Mulawali Institute (Bali)
Bayang Kaki Limo – Teater Sambilan Ruang (Padang)
Mother Doesn’t Know Mnemosyne – Trà Nguyễn (Vietnam)
Salah satu inovasi tahun ini adalah "BELALANG CÀO CÀO: Translocal Performance Lab", program residensi tiga minggu yang mempertemukan delapan seniman terpilih dari Asia Tenggara.
Program ini akan ditutup dengan presentasi performatif pada 12 Agustus 2025.
Selain pertunjukan, pengunjung juga dapat menikmati instalasi “Dwelling / Departing” karya Kamizu (Myanmar) yang mengajak audiens merenungkan kembali makna “rumah”.
DITP 2025 diketahui berlangsung pada 5–12 Agustus 2025 di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, dan dapat dihadiri secara gratis oleh masyarakat.