Pencari Kerja di Indonesia Meningkat, Masyarakat Menanti Janji Manis Prabowo-Gibran

Ilustrasi para pencari kerja di sebuah stasiun kereta api (Foto: PARBOABOA/Defri Ngo)

PARBOABOA, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini merilis data pencari kerja di Indonesia tahun 2023.

Tercatat, angka pencari kerja mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BPS tahun 2023, terdapat sebanyak 1,8 juta pencari kerja di Indonesia. 

Jika dikalkulasikan dengan keseluruhan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 278,7 juta jiwa, maka persentase pencari kerja adalah 0,6457%.

Jumlah ini mengalami kenaikan 94,18 % dibanding tahun 2022 yang hanya berada di angka 937.176 orang.

Hal senada disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto yang menyebut adanya kenaikan angkatan kerja di Indonesia sebanyak 4 juta setiap tahun.

Dalam konferensi pers yang diadakan di Jakarta Pusat, Selasa (23/1/2024), Airlangga membenarkan bahwa terdapat kurang lebih 5,32 % jumlah pencari kerja. 

Untuk diketahui, pencari kerja (angkatan kerja) adalah penduduk yang telah mencapai usia 15 tahun ke atas dan aktif secara ekonomi seperti penduduk bekerja.

Angkatan kerja juga didefinisikan sebagai orang atau kelompok yang punya pekerjaan, namun untuk sementara waktu tidak bekerja atau menganggur.

Tingginya jumlah pencari kerja memiliki perbandingan lurus dengan angka pengangguran. Semakin tinggi pengangguran, maka semakin besar pula angka pencari kerja. Pun, sebaliknya.

Riset yang dibuat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang, Ihsanul Fikri pada tahun 2023 menarik untuk dicermati. 

Bagi Fikri, ada sejumlah faktor yang melatari pengangguran, antara lain tingkat upah yang berlaku, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat inflasi suatu negara.

Tingkat upah yang tidak sesuai dengan beban kerja cenderung membuat para pekerja mengurungkan minat untuk bekerja. 

Ia menjelaskan, jika upah meningkat, maka pengangguran akan menurun. Sebaliknya, jika upah menurun, maka pengangguran akan meningkat. 

Di pihak lain, demikian ia melanjutkan, pertumbuhan ekonomi yang tidak signifikan membuka ruang bagi terciptanya pengangguran.

Terakhir, inflasi yang terjadi di Indonesia pasca pandemi dan utang luar negeri yang tinggi menyulitkan pemerintah untuk menyerap banyak tenaga kerja. 

Baginya, relasi simetris antara upah, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi memberi pengaruh signifikan terhadap angka pengangguran di Indonesia. 

Upaya Pemerintah

Sejumlah upaya telah dilakukan pemerintah untuk meminimalisir tingginya angka pencari kerja.

Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan menambah kuota kartu pra-kerja untuk mengembangkan kompetensi, produktivitas dan daya saing.

Langkah lain yang sedang diupayakan adalah membuka sejumlah balai pelatihan vokasi untuk menempah skil dan kemampuan para pencari kerja.

Dalam pembukaan pelatihan berbasis kompetensi di Bekasi, Jumat (26/04/2024) Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengingatkan agar balai pelatihan vokasi memperhatikan kebutuhan link and match atau kesesuaian antara pendidikan dan kebutuhan pasar kerja.

Bagi Ida, cara yang dapat dilakukan adalah dengan membangun sinergi bersama dunia usaha guna menghindari lulusan pelatihan vokasi yang menganggur.

Kemenaker, demikian ia menyinggung, memiliki usaha serius untuk meningkatkan angka pekerja hasil pelatihan vokasi. 

Baginya, kompetensi yang dimiliki individu harus dibarengi dengan upaya membangun link and match sesuai dengan pasar kerja.

Terkait maksud ini, ia mengharapkan hadirnya forum komunikasi antara lembaga pelatihan dengan ragam dunia usaha. Tujuannya untuk menghasilkan sinergi dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan.

Balai-balai pelatihan vokasi, lanjut Ida harus menjadi tempat bertemu dan berkomunikasi antara lembaga pelatihan baik swasta maupun yang berada di wilayah usaha lain.

Menanti Janji Prabowo-Gibran

Tingginya angka pencari kerja di Indonesia juga menyedot perhatian paslon Prabowo-Gibran.

Tak ayal, keduanya menjadikan persoalan ini sebagai ‘alat peraga’ kampanye untuk meraup simpatisan massa.

Dalam debat cawapres, Minggu (21/01/2024), Gibran pernah menyatakan targetnya untuk membuka 19 juta lapangan kerja.

Dari jumlah ini, 5 juta di antaranya masuk dalam kategori green jobs atau pekerjaan ramah lingkungan. 

Anak presiden Jokowi itu optimis, pembukaan 19 juta lapangan kerja dapat terlaksana dengan pertama-tama mewujudkan agenda hilirisasi.

Selanjutnya, transisi menuju energi hijau, ekonomi kreatif, pemerataan pembangunan, dan optimalisasi UMKM perlu dilakukan untuk menekan angka pengangguran.

Janji manis Gibran tentu dinanti oleh jutaan penduduk Indonesia yang mendamba adanya pekerjaan. 

Jika terealisasi, ia turut menyumbangkan pengaruh besar untuk menekan angka pengangguran di Indonesia. 

Sebaliknya jika tidak, maka janjinya hanya dikenang sebagai ‘omon-omon’ belaka tanpa usaha yang benar. 

Editor: Defri Ngo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS