Dukung Prabowo di Pilpres, Budiman Sudjatmiko Dianggap Khianati Korban Penculikan 98

Budiman Sudjatmiko menyatakan dukungannya ke Prabowo di Pilpres 2024. (Foto: Instagram/@gerindra)

PARBOABOA, Jakarta -  Deklarasi Relawan Prabowo Budiman Bersatu (Prabu) di Semarang pada Jumat (18/8/2023) terus memantik beragam kritikan.

Teranyar, kritikan tersebut datang dari Tim Forum Rakyat Demokratik Pro Korban Penculikan yang juga mantan Sekretaris Jenderal Partai Rakyat Demokratik (PRD), Petrus Heriyanto.

Petrus menilai, dukungan Budiman ke Prabowo Subianto telah mengkhianati kawan-kawan seperjuangan sekaligus korban penculikan 98.

“Deklarasi tersebut bukan hanya menunjukkan Budiman mengkhianati kawan-kawan seperjuangannya, tapi juga mengkhianati keluarga korban penculikan, lebih dalam lagi, dia telah mengkhianati demokrasi dan nilai-nilai kemanusian," ujar Petrus, dalam rilisnya, Senin (21/8/2023).

Di sisi lain, dengan adanya dukungan ke Prabowo pada kontestasi Pilpres 2024, hendak meneguhkan politik impunitas kepada capres yang pernah terliat dalam kejahatan kemanusian di masa lalu.

Ia juga mengkritisi retorika Budiman yang menganggap Prabowo pemimpin strategis yanng mampu membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik di masa depan.

Pernyataan Budiman, demikian Petrus, hanya merupakan pembenaran sekaligus melegitimasi bahwa berangkulan dengan penculik adalah keharusan sejarah.

Di sisi lain, mantan kawan satu sel Budiman di LP Cipinang ini menilai, Budiman Sudjatmiko pragmatis dan sengaja menyatakan dukungan ke Prabowo untuk mendapatkan sesuatu ketika nanti terpilih.

"Itu bukti pragmatisme Budiman supaya bisa mendapatkan sesuatu ketika Prabowo berkuasa. Padahal belum tentu juga Prabowo menang," ujar Petrus.

Budiman juga dituding merusak idealisme perjuangan dan nama baik seluruh mantan aktivis 98 dengan menjadi kader yang oportunis.

"Budiman memilih meloncat ke mantan Pangkostrad yang dipecat era Presiden Habibie itu, walau menciderai idealismenya sendiri sebagai mantan aktivis. Bahkan, dia telah mencoreng nama baik aktivis 98 secara keseluruhan,” ujar Petrus.

Petrus juga menyinggung Prabowo Subianto yang seharusnya tidak cukup hanya diberhentikan dari militer pada 1998 atas kasus penculikan, tetapi juga harus bisa diproses ke jalur hukum.

Hal ini mestinya menjadi tugas Budiman dan kader PRD lainnya untuk menyelesaikan persoalan ini. Apalagi, masih ada 13 aktivis yang hingga saat ini belum diketahui nasibnya.

"Masih ada utang masa lalu yang tetap harus dilunasi. Bukannya malah dikubur dalam-dalam oleh Budiman Sudjatmiko,” tegasnya.

Rekam jejak Prabowo Membahayakan Demokrasi

Bagi Petrus, Prabowo belum mengalami perubahan dari watak lamanya sebagaimana yang ditegaskan Budiman. Ketua Umum Partai Gerindra itu dinilai hanya merubah strategi untuk mengambil keuntungan dari simpatisan Jokowi.

Prabowo bahkan dituding membahayakan demokrasi dengan rekam jejaknya selama ini. Misalnya pada lima tahun lalu, Prabowo secara terang-terangan menggandeng kelompok politik Islam dan menebarkan narasi kebencian kepada kelompok lain.

Bahkan menurut Petrus, mereka juga tak segan mengkafir-kafirkan kelompok Islam yang tak sejalan secara politik.

“Itu adalah rekam jejak Prabowo, tidak saja pelaku penculikan aktivis tetapi menghalalkan segala cara dalam meraih kekuasaannya,” ujar Petrus.

Di mata Petrus, Budiman kini telah mewariskan nilai-nilai politik yang buruk kepada generasi muda demi meraih kekuasaaan meski harus mengangkangi nilai-nilai perjuangan semasa aktivis dulu.

Meskipun mendapat kritikan, baik dari sesama rekan aktivis 98 maupun internal PDI Perjuangan, Budiman mengaku masih menjadi bagian dari partai berlambang banteng itu.

Meskipun sudah bergeser secara politik ke Prabowo Subianto, ia mengkalaim masih mempunya hak dan kewajiban sebagai jader PDIP dan tidak ada niat untuk bergabung ke Gerindra.

Kendatipun nanti tetap dipecat dari PDIP, Budiman mengaku secara ideologis dirinya masih PDIP sejati.


 

Editor: Andy Tandang
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS