Sesat! PEKAT Nilai Edi Danggur Terlalu Menyederhanakan Persoalan Poco Leok dari Pandangan Hukum Formal Semata

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PEKAT, Rikard Djegadut. (Foto: PARBOABOA/Rian)

PARBOABOA, Jakarta - Pemuda Katolik Timur (PEKAT) menanggapi tulisan Edi Danggur yang berjudul "Geothermal Poco Leok Berburu Kebenaran atau Ilusi?", yang baru-baru ini tayang di media lokal Suaranusantara.co edisi 9 Maret 2025. PEKAT mengkritik pandangan Danggur yang dinilai terlalu menyederhanakan persoalan terkait perluasan proyek geothermal di Poco Leok.

Dalam tulisannya, Danggur menyatakan bahwa demo-demo yang dilakukan oleh para aktivis menentang proyek tersebut tidak memiliki dampak signifikan terhadap keberlanjutan proyek geothermal yang dijalankan oleh PT PLN. Danggur berpendapat bahwa aksi protes tersebut lebih banyak menyebarkan narasi manipulatif, salah satunya adalah tuduhan perampasan tanah adat di Poco Leok, yang ia anggap tidak berdasar.

Namun, PEKAT menyebutkan bahwa pendekatan Danggur dalam menilai masalah ini terlalu menyederhanakan kompleksitas yang ada. Menurut PEKAT, isu tanah adat yang melibatkan masyarakat Poco Leok adalah masalah yang jauh lebih rumit dan tidak bisa hanya dipandang dari sudut pandang hukum dan kebijakan semata. Mereka mengingatkan bahwa adat dan hak komunitas lokal seharusnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap keputusan yang melibatkan mereka.

"Pemahaman Danggur yang mengatakan bahwa klaim tanah milik adat itu hanya milik perorangan dan bisa dilepas begitu saja oleh individu tanpa memperhitungkan konteks sosial dan budaya komunitas lokal merupakan bentuk sikap menyederhanakan persoalan," kata Sekretaris Jenderal PEKAT, Rikard Djegadut dalam pernyataannya. 

"Pemahaman ini mengabaikan esensi dari tanah adat itu sendiri yang merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yang melibatkan hak kolektif masyarakat," imbuhnya.

PEKAT juga menyoroti bahwa meskipun kebijakan hukum di Indonesia menjamin hak atas tanah perorangan, hal tersebut tidak serta merta mengesampingkan nilai-nilai kultural dan tradisi yang sudah dijaga turun-temurun oleh masyarakat adat, seperti di Poco Leok. Sebagai bagian dari masyarakat Katolik Timur, PEKAT menilai penting untuk menempatkan perspektif budaya dalam setiap kebijakan pembangunan, terutama yang berpotensi merusak tatanan sosial dan lingkungan yang telah ada.

“Danggur terlalu cepat menyatakan bahwa demo-demo itu hanya membawa ilusi, padahal banyak dari para aktivis yang terlibat dalam gerakan ini memiliki alasan yang mendalam berdasarkan pengalaman hidup dan perjuangan mereka sebagai bagian dari komunitas yang merasa terancam hak-haknya,” terang pria yang akrab disapa Rikardo ini. 

PEKAT juga menegaskan bahwa meskipun hak atas kebebasan berekspresi dalam bentuk demo dihargai dalam demokrasi, substansi dari protes tersebut juga penting untuk dipahami secara menyeluruh. Bagi PEKAT, dialog yang lebih mendalam dengan pemerintah dan pihak terkait harus diutamakan untuk mencari solusi yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak, tanpa mengesampingkan hak-hak adat dan hak sosial masyarakat lokal.

"Kami mengajak semua pihak untuk mengedepankan pendekatan yang lebih holistik dan berlandaskan pada prinsip keadilan sosial. Jangan sampai kita terjebak dalam pola pikir yang hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu, sementara masyarakat adat dan keseimbangan ekosistem dalam jangka panjang menjadi korban," tegas Rikardo. 

Dengan reaksi ini, PEKAT berharap masyarakat lebih kritis dalam menyikapi isu yang diangkat, dan mendorong penyelesaian yang adil melalui dialog terbuka dan pengujian fakta secara transparan.

"Penting untuk diingat bawah sejauh ini proyek-proyek serupa yang dijalankan di beberapa daerah di Pulau Flores, belum ada satupun yang hingga hari ini memberikan kontribusi signifikan pada perbaikan ekonomi dan taraf hidup masyarakat fi Flores. Bahkan lebih banyak cerita-cerita kegagalan dari proyek ini. Contoh nyatanya adalah Ulumbu," tutupnya.

Sebagai informasi, PEKAT adalah sebuah organisasi masyarakat yang didirikan atas inisiatif sekelompok anak muda Katolik Timur di Kota Jakarta. Organisasi ini dibentuk sebagai respons terhadap kebutuhan akan wadah yang bisa menjadi garda terdepan dalam menghadapi berbagai isu sosial, budaya, dan agama yang berkembang di masyarakat, terutama yang berkaitan dengan umat Katolik.

PEKAT hadir untuk memberikan suara bagi generasi muda Katolik dalam menghadapi tantangan dan dinamika yang ada, sambil tetap menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual dan kebudayaan yang menjadi dasar kekuatan komunitas Katolik.

Editor: Gregorius Agung
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS