PARBOABOA, Jakarta - Harga emas mencapai puncak tertinggi di penghujung 2023, berada di kisaran USD 2.148 - USD 2.150 per troy ons selama perdagangan di Asia.
Diperkirakan harga emas akan terus menguat, didukung oleh analisis teknikal yang menunjukkan pola Continuation Bullish dengan Level Demand USD 2043.49 – USD 2049.71.
Bullish continuation merupakan istilah yang digunakan saat melakukan analisis teknikal, di mana pergerakan harga dalam pasar trading mengalami kenaikan setelah periode koreksi harga.
Analis Deu Calion Futures (DCFX), Andrew Fischer, menyatakan bahwa potensi kenaikan masih diprediksi akan terjadi, meskipun kemungkinan adanya pola penurunan dalam jangka pendek.
Fischer menyoroti bahwa penguatan harga emas pada hari ini dipicu oleh penurunan signifikan dalam imbal hasil obligasi. Sementara analisis tren tetap mendukung potensi kenaikan yang substansial.
Dari segi fundamental, pasar optimis terhadap kemungkinan Federal Reserve (The Fed) akan mengurangi suku bunga pada Maret 2024, meskipun pejabat bank sentral tetap berhati-hati.
Kondisi pasar tenaga kerja dan yang kuat dan meredanya inflasi akan membuat The Fed mengurangi prospek penurunan suku bunga lebih awal.
Beberapa sumber menyatakan bahwa peluang The Fed akan mempertahankan suku bunga pada Desember mencapai 97%, dengan kemungkinan 60% pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin ke kisaran 5% hingga 5,25%.
"Ini berbeda dengan prediksi para trader yang sebelumnya memperkirakan peluang 21% untuk pemangkasan suku bunga di bulan Maret," ujar Andrew.
Andrew menambahkan bahwa potensi penurunan suku bunga menjadi pertanda baik untuk emas, mengingat suku bunga yang lebih tinggi mendorong naiknya biaya peluang untuk berinvestasi dalam logam mulia.
Namun, pasar masih menantikan data Non Farm Payrolls untuk periode November dan angka inflasi untuk sisa tahun ini.
Sementara, pelaku pasar diimbau agar terus memantau perkembangan selanjutnya untuk memprediksi dinamika pasar logam mulia ke depan.
Potensi Kenaikan Harga Emas
Prospek pemangkasan suku bunga dapat menjadi pendorong harga emas menguat dalam jangka pendek.
Menurut Gunawan Benjamin, Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, harga emas masih berpotensi menguat jika pada 13 Desember nanti, The Fed mempertahankan kebijakan suku bunga acuannya.
Selain dari pemangkasan suku bunga, perlambatan ekonomi global juga dapat menjadi pemicu kenaikan harga emas.
"Emas biasanya mengalami kenaikan nilai saat banyak negara menghadapi kemunduran ekonomi, karena surat berharga dari negara-negara tersebut menjadi kurang menarik bagi investor," kata Benjamin kepada PARBOABOA, Selasa (5/12/2023).
Selain itu, faktor geopolitik, seperti ketegangan antara Rusia-Ukraina, konflik Hamas-Israel, perang dagang antara AS dan China, serta masalah geopolitik lainnya, dapat memberikan dorongan positif terhadap harga emas.
Umumnya, dalam kondisi geopolitik global yang tidak stabil, emas cenderung mengalami penguatan.
Menurut Benjamin, dengan melihat situasi saat ini, emas pada dasarnya memiliki potensi untuk terus menguat dalam jangka pendek.
"Jika sinyal dovish muncul di awal 2024, harga emas berpotensi untuk menguat dan bahkan mencapai level USD 2.300 per ons troy," ungkapnya.
Saat ini, investor cenderung tertarik pada harga emas karena dianggap lebih menjanjikan dibandingkan dengan aset lainnya.
Bahkan, di 2024 mendatang, harga emas dinilai lebih menarik dibandingkan dengan aset kripto.
Meskipun kripto memiliki peluang untuk menguat ketika The Fed memotong suku bunga acuannya, emas telah menunjukkan keunggulannya sebagai aset safe haven yang menjanjikan keuntungan besar.