Ephorus HKBP Serukan Tutup Toba Pulp Lestari

Ephorus turut serukan tutup TPL. (Foto: Facebook/Roganda Simanjuntak)

PARBOABOA, Pematangsiantar – Ephorus atau pemimpin tertinggi Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Victor Tinambunan, menyerukan penutupan PT Toba Pulp Lestari (TPL) di Tanah Batak. Seruan itu ia sampaikan di akun Facebook miliknya hari ini (7/5/2025).

Dalam pernyataannya, Ephorus menilai perusahaan yang telah beroperasi selama puluhan tahun itu telah gagal membangun relasi sosial yang sehat dengan masyarakat adat.

“Saya secara pribadi, dan kemungkinan besar mayoritas masyarakat di Tanah Batak, tidak mengenal secara langsung siapa sesungguhnya pemilik maupun pimpinan utama PT TPL,” tulisnya.

Ia menyebut kondisi ini sebagai ironi mencolok, mengingat skala operasi TPL yang begitu besar di atas tanah leluhur orang Batak.

Menurutnya, absennya komunikasi dan hubungan sosial antara perusahaan dan masyarakat adat merupakan bentuk kegagalan struktural. Ia juga menilai keadaan ini sebagai pengabaian terhadap etika bisnis dan tanggung jawab sosial. Idealnya, bisnis dijalankan dalam norma adat dan semangat hidup bersama yang dijunjung masyarakat Batak.

Selain itu Victor juga menegaskan adanya ketimpangan ekonomi yang mencolok padahal PT TPL telah meraup keuntungan finansial triliunan rupiah dari eksploitasi sumber daya alam di wilayah Tano Batak.

“Berdasarkan pemberitaan media dan berbagai laporan publik, kami mengetahui bahwa PT TPL telah memperoleh keuntungan finansial yang sangat besar. Ironisnya, akumulasi kapital tersebut tidak tampak berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal,” ungkapnya.

Ephorus menilai ketimpangan ini menjadi cermin ketidakadilan dalam distribusi manfaat ekonomi. Perusahaan tampak eksploitatif. Tidak ada dampak signifikan bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan warga di sekitar wilayah konsesi.

Keberadaan PT Toba Pulp Lestari (TPL) dinilainya justru memicu berbagai bentuk krisis sosial dan ekologis di Tanah Batak. Kerusakan alam dan terganggunya ekosistem merupakan konsekuensi langsung dari aktivitas perusahaan tersebut.

“Fakta yang paling menyakitkan adalah bahwa keberadaan PT TPL telah memicu berbagai bentuk krisis sosial dan bencana ekologis," ujarnya.

ephorus hkbp victor

Ephorus HKBP Victor Tinambunan. (Foto: Facebook)

Bencana banjir bandang, peristiwa tanah longsor, pencemaran air, tanah, dan udara, hingga perubahan iklim merupakan contoh nyata yang dirasakan langsung masyarakat.

Tidak hanya itu, Vicror juga menyinggung jatuhnya korban jiwa, hilangnya lahan pertanian produktif, serta rusaknya relasi sosial antarwarga. Situasi ini telah memicu akumulasi kemarahan di tengah masyarakat. Kemarahan yang tidak menemukan saluran demokratis karena dibungkam oleh ketakutan dan represi.

“Ini bukan sekadar dampak insidental, tetapi sebuah jejak panjang dari konflik struktural yang tidak kunjung diselesaikan secara bermartabat,” tambahnya, seraya menyerukan pentingnya penanganan serius dan menyeluruh.

Seruan ini, bagi Ephorus, lahir dari keprihatinan mendalam atas ironi kehidupan yang berlangsung selama lebih dari tiga dekade terakhir di Tanah Batak.

“Dengan segala hormat dan tanggung jawab moral, saya menyerukan kepada Bapak/Ibu Pemilik dan Pimpinan PT TPL: tutup operasional perusahaan TPL sesegera mungkin,” tegasnya.

Ia menegaskan bahwa seruan ini bukan sekadar desakan emosional, melainkan langkah mencegah krisis yang lebih besar di masa depan—baik bagi masyarakat lokal, Provinsi Sumatera Utara, hingga keberlanjutan ekologis global.

Sebagai bagian dari kepedulian terhadap para pekerja, Ephorus juga meminta agar seluruh karyawan yang akan terdampak dari penutupan tersebut diberikan pesangon dalam jumlah besar agar mereka memiliki modal usaha.

"Doa saya Bapak/Ibu diberikan Tuhan Yang Mahakuasa bisnis yang sehat yang mensejahterakan Bapak/Ibu serta masyarakat luas," tutupnya.

Editor: Rin Hindrayati

Editor: Rin Hindrayati
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS