PARBOABOA, Jakarta – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menggencarkan upaya untuk melindungi perbatasan selatan Turki dan berjanji akan membuat “zona aman” di Suriah. Hal tersebut diungkapkannya pada Jumat (25/11), usai Ankara meluncurkan rentetan serangan udara terhadap pejuang Kurdi.
Dilansir AFP Sabtu (26/11), Erdogan sendiri sudah lama berusaha membangun “zona aman” dengan kedalaman 30 kilometer (19 mil) di dalam wilayah Suriah dan berulang kali membuat ancaman untuk memulai operasi militer baru di tahun ini.
Militer Turki diketahui telah melakukan tiga serangan terhadap pejuang dan jihadis Kurdi terhitung sejak 2016 dan merebut wilayah di Suriah utara, yang dikuasai oleh proksi Suriah dan didukung oleh Ankara.
"Dengan keamanan (zona) yang kami bangun di sisi lain perbatasan kami, kami juga melindungi hak-hak jutaan perempuan dan anak-anak," kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi untuk menandai Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan.
Dalam hal ini, ia berjanji akan segera menyelesaikan zona aman di perbatasan dari barat ke timur secepatnya.
"Insya Allah kita akan selesaikan (zona) ini di sepanjang perbatasan dari barat ke timur secepatnya," tambahnya.
Menyusul pemboman di Istanbul pada 13 November yang menewaskan 6 orang dan melukai 81 orang, Turki melancarkan serangkaian serangan udara di seluruh bagian Irak dan Suriah, di mana mereka menargetkan kelompok-kelompok Kurdi.
Turki menyalahkan pemboman itu pada milisi YPG Kurdi Suriah dan Partai Pekerja Kurdistan (PKK). PKK sendiri ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Namun, kelompok Kurdi membantah terlibat dalam serangan yang terjadi Istanbul.
Turki mengatakan milisi YPG Kurdi bersekutu dengan PKK, yang telah melancarkan pemberontakan terhadap negara Turki sejak 1984.
Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, Turki melancarkan serangan pada hari Jumat di Hasakeh di timur laut Suriah, yang dipegang oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS, sekarang tentara de facto Kurdi.
Erdogan pun menginginkan "zona aman" untuk memasukkan kota perbatasan Kurdi Suriah Kobane yang juga dikenal sebagai Ayn al-Arab, yang direbut oleh pasukan YPG Kurdi dari para jihadis pada tahun 2015 dengan dukungan Amerika Serikat.