PARBOABOA, Jakarta - Aktivitas vulkanik Gunung Semeru kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Berdasarkan laporan Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Semeru, tercatat sebanyak 100 kali gempa letusan atau erupsi dalam kurun waktu 24 jam terakhir hingga Rabu dini hari.
Setiap letusan memiliki amplitudo antara 11 hingga 22 milimeter dengan durasi gempa yang berlangsung 53 hingga 149 detik.
Selain aktivitas erupsi, seismograf yang berada di Pos PGA Semeru, Gunung Sawur, Desa Sumber Wuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, juga mencatat tiga jenis gempa lainnya.
Rinciannya meliputi enam kali gempa guguran dengan amplitudo 2–5 milimeter dan durasi 30–57 detik, sembilan kali gempa embusan dengan amplitudo 3–7 milimeter selama 30–56 detik, serta satu kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 17 milimeter, S-P 15 detik, dan lama gempa sekitar 50 detik.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memastikan bahwa tingkat aktivitas Gunung Semeru masih berada pada Level II (Waspada).
“Status tetap di level II,” ujar Liswanto, petugas Pos PGA Semeru, Rabu (22/10/2025).
PVMBG mengimbau masyarakat untuk tidak beraktivitas di sektor tenggara, khususnya sepanjang aliran Besuk Kobokan sejauh 8 kilometer dari puncak atau pusat erupsi.
Di luar radius tersebut, warga juga diminta menjauhi area sejauh 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena wilayah ini berpotensi terdampak perluasan awan panas dan aliran lahar hingga mencapai jarak 13 kilometer dari puncak gunung.
Selain itu, aktivitas manusia dalam radius 2,5 kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru juga dilarang karena berisiko terhadap lontaran material pijar.
PVMBG menegaskan agar masyarakat tetap waspada terhadap potensi awan panas, guguran lava, dan aliran lahar di sepanjang sungai dan lembah yang berhulu di puncak Semeru, terutama di Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat.
Mereka juga menghimbau agar masyarakat tetap waspada terhadap kemungkinan munculnya lahar di sungai-sungai kecil yang menjadi anak aliran Besuk Kobokan.
Aktivitas yang terus meningkat ini menunjukkan bahwa Semeru masih dalam fase labil, sehingga kewaspadaan masyarakat di sekitar lereng gunung menjadi sangat penting untuk menghindari potensi bencana lebih besar.