PARBOABOA, Jakarta – Baru-baru ini viral sebuah video yang memperlihatkan seorang ibu muda di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, terpaksa melahirkan buah hatiinya di teras puskesmas lantaran layanan sudah ditutup.
Dalam video itu, terlihat seorang wanita yang terduduk lemas sambil menahan sakit di depan puskemas, didampingi seorang pria. Ia berhasil melahirkan tanpa bantuan petugas kesehatan.
Beruntungnya, bayi tersebut lahir dengan selamat dan dalam kondisi sehat. Spesialis obgyn dr Boyke Dian Nugraha menyebut kejadian serupa sering terjadi akibat minimnya edukasi persalinan di daerah.
Sebagai dokter yang pernah berpraktik menjadi dokter umum di daerah Tapanuli, ia mengakui bahwa layanan kesehatan di wilayah tersebut memang kurang merata. Namun, ibu hamil yang sudah mengetahui hari perkiraan lahir (HPL) tentu disebutnya akan terhindar dari kejadian semacam ini.
"Pertama ibu itu harusnya tahu, lagipula kan di Tapanuli ada juga bidan desa, kita ya kalau jaman dulu itu ada bidan rumah dan sebagainya, jadi kalau dia kontrol ke bidan atau kontrol ke puskesmas dia sudah pasti tahu kapan persalinannya," terang dr Boyke saat dihubungi detikcom Kamis (1/12).
"Mulai mulesnya itu kapan, itu kira-kira dia harus ke puskesmas harusnya sudah tahu, kemungkinan kalau menurut saya dia tidak mengerti, yang siap antar jaga suaminya juga nggak ngerti, sehingga pas ke puskemas yang sudah tutup, seharusnya kan mulesnya nggak langsung di situ, pasti sudah beberapa jam sebelumnya," lanjutnya.
Pentingnya Edukasi
Dr yang berusia 65 tahun itu menyebut sorang bumil yang mengandung anak pertamanya sebelum melahirkan biasanya mengalami kontraksi atau muncul rasa mulas kurang lebih sekitar 9-10 jam. Sementara di kasus anak kedua dan ketiga, biasanya hal tersebut terjadi selama enam jam.
Ia juga mengatakan, jika pasien tidak bisa ditangani karena kondisi puskesmas sudah tutup, seharusnya ada rumah bidan dan dokter terdekat yang tersedia guna membantu proses persalinan dengan cepat. Oleh sebab itu, orangtua wajib mengetahui mana puskesmas yang paling berdekatan dengan rumah bidan dan dokter.
"Jadi kalaupun pasien datang puskesmasnya sudah tutup kita bisa masih menolong, pertama ada bidan di sebelah rumah saya, kemudian di rumah saya juga ada saya," cerita dr Boyke.
"Di sana kan ada bidan desa, masa nggak ke bidan desa, selama ini kontrol di mana, dan pasien toh untuk biaya kan sudah dijamin oleh BPJS. Iya edukasinya, jadi harus edukasi bahwa sekarang ini siapapun pasien bisa dilayani di puskesmas di rumah bidan tanpa harus membayar karena kan ada BPJS," tutup dia
Keterangan Polisi
Kapolres Tapteng, AKBP Jimmy Christian Samma, dalam keterangannya menjelaskan jika identitas ibu muda itu yakni Yetti Hulu (21) warga Bona Lumban Lingkungan V, Kecamatan Tukka. Jimmy pun menjelaskan narasi yang menyebutkan tenaga kesehatan tidak menolong ternyata tidak benar.
Kronologi kejadian yang sebenarnya yakni Yetti sekitar pukul 15.00 WIB baru pulang dari Pulau Nias. Yetti yang saat itu merasakan akan melahirkan pergi ke puskesmas.
Namun baru sampai di teras Puskesmas Tukka pasien itu sudah tidak tahan dan bayinya sudah lahir. Petugas medis pun langsung menolong. Tetapi video yang beredar hanya memperlihatkan kondisi Yetti dalam kondisi duduk melahirkan.