PARBOABOA, Jakarta - Industri nikel di Indonesia mengukir cerita pahit bagi para pekerjanya. Puluhan orang tewas akibat kecelakaan kerja di sekitar kawasan industri.
Temuan Trend Asia, organisasi masyarakat sipil di bidang transformasi energi dan pembangunan berkelanjutan menunjukkan, tercatat 53 orang tewas dan 76 lainnya luka-luka, selama rentang 7 tahun pada 2015-2022.
Korban tewas terdiri atas 40 tenaga kerja lokal (WNI) dan 13 orang tenaga kerja asing (TKA) mayoritas berasal dari China.
Korban ditemukan tewas di dua pulau, yaitu Sulawesi dan Maluku tepatnya di 15 lokasi kawasan smelter nikel. Bahkan korban yang tewas ada diduga melakukan bunuh diri.
Trend Asia juga menunjukkan temuan pada 2023, terdapat 25 insiden di seluruh kawasan industri, kematian akibat kecelakaan kerja 38 orang, dan korban luka-luka berjumlah 82 orang.
Adapun dari 25 insiden tersebut, 10 orang di antaranya atau sekitar 40% terjadi kecelakaan dump truck. Dari reportase sejumlah media penyebabnya diduga kelebihan jam kerja.
"Kecelakaanya beragam, seperti sopir kehilangan kendali karena rem yang blong, terjun ke laut, bertabrakan, terbalik dan menabrak tebing," kata peneliti Trend Asia, Ina dalam Deklarasi dan Diskusi Serikat Buruh Industri Pertambangan dan Energi (SBIPE) berlangsung secara daring, Kamis (8/2/2024).
Selain kecelakaan dump truck, kecelakaan lainnya adalah kebakaran sekitar 7 insiden atau setara 28%.
Ina mengatakan, para korban tersebut bukan sekedar angka. Tetapi mereka punya kisah, masa lalu dan keluarga yang mereka sayangi mereka tinggalkan.
"Tidak ada lagi cerita korban berikutnya," tuturnya.
Tak hanya itu, Trend Asia juga berharap ada kolaborasi dengan semua serikat buruh untuk terus melakukan verifikasi data.
Sebab menurut Trend Asia, data yang mereka himpun tidak memotert seluruh kisah tragis para pekerja, mengingat banyak juga perusahaan yang menutupinya.
"Sehingga bisa lebih menuntut inilah kebobrokan hilirisasi nikel," ujar Ina tegas.
Di forum yang sama, Direktur Trend Asia, Ahmad Ashov Birry, mengatakan hilirisasi menjadi kebanggan dan terus dipertahankan Pemerintah Indonesia.
Akan tetapi, hilirisasi nikel tidak berdampak pada pertumbuhan manufaktur ekonomi.
"Apa dampaknya terhadap ekonomi Indonesia. Ekonomi Indonesia kalau digambarkan manufakturnya turun," kata Ahmad Ashov.
Menurutnya, ada transformasi yang terputus dalam kondisi seperti itu. Sehingga sangat layak ketika pemerintah digugat sejauh mana kontribusi hilirisasi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Ahmad Ashov mengatakan, pemerintah selama ini sering berdalih hilirisasi berkontribusi terhadap pendapatan yang tinggi. Namun kenyataanya, pendapatan atas nama hilirasisasi itu sangat timpang.
"Kekayaan pendapatan terakumulasi hanya di sedikit orang,” ungkapnya.
Editor: Rian