PARBOABOA, Pematangsiantar - Komentar Nupur Sharma, juru bicara Partai Bharatiya Janata (BJP), yang dianggap menghina Nabi Muhammad berbuntut pada kekerasan antaragama dan penghancuran rumah.
Dilansir BBC, Senin (13/6/2022), serangkaian kekerasan dan kerusuhan berkobar di India. Terbaru, aparat keamanan menghancurkan rumah sejumlah tokoh Islam yang dituduh terlibat kerusuhan.
Para pemuka komunitas agama Islam di Negara Bagian Uttar Pradesh diperintahkan mengosongkan rumah mereka sebelum dihancurkan.
Hingga berita ini diturunkan, otoritas telah menahan 300 orang yang dituduh terlibat kericuhan selama demonstrasi di negara bagian itu pada Jumat pekan lalu.
Sedangkan Perdana Menteri India Narendra Modi belum memberikan pernyataan tentang insiden pembongkaran rumah dan penangkapan itu.
Kerusuhan antaragama meluas di India setelah Nupur Sharma melontarkan pernyataan yang dianggap menghina Nabi Muhammad dan istrinya, Aisyah, dalam acara debat yang disiarkan melalui televisi.
Akibatnya, umat Islam, yang merupakan minoritas di India, menggelar demonstrasi di sejumlah negara bagian untuk memprotes ucapan juru bicara partai Hindu yang berkuasa tersebut.
Lebih lanjut, Gubernur Uttar Pradesh Yogi Adityanath kemudian memerintahkan penghancuran tempat tinggal dari orang-orang yang dituduh terlibat dalam kericuhan, menurut juru bicara BJP.
Dikutip dari laman The Hindustan Times, salah satu rumah yang dihancurkan adalah milik politisi Javed Ahmed.
Otoritas Pengembangan Prayagraj (PDA) telah melayangkan pemberitahuan terkait pembongkaran rumah Ahmed dan memintanya mengosongkan rumah itu pada Minggu pukul 5.30 waktu setempat.
Pemberitahuan pembongkaran menyebutkan bahwa rumah itu "dibangun secara ilegal". Menurut Reuters, Ahmed dituding sebagai dalang dari kericuhan.
Pembongkaran bangunan itu menuai kecaman. Para pemimpin oposisi mengatakan, pemerintah Adityanath telah melakukan tindakan inkonstitusional dengan membungkam demonstran.
Sementara itu di Negara Bagian Kashmir, polisi menangkap seorang remaja yang mengancam bakal memenggal Sharma melalui sebuah siaran video.
Sedangkan di Negara Bagian Benggala Barat pihak berwenang menerapkan aturan darurat yang melarang pertemuan umum di distrik industri Howrah hingga 16 Juni.
Kontroversi tentang pernyataan yang dilontarkan oleh Sharma masih berlangsung, dan kelompok-kelompok Muslim masih menuntut penangkapannya.
Sementara beberapa kelompok Hindu garis keras melabeli Sharma sebagai politisi pemberani dan nasionalis.
Sharma banyak menerima ancaman pembunuhan usai komentarnya itu mendunia, mulai dari pemenggalan hingga pengeboman.
Negara-negara mayoritas Muslim seperti Qatar, Arab Saudi, UEA, Oman, dan Iran yang merupakan mitra dagang utama bagi India, mengajukan protes diplomatik dan menuntut permintaan maaf dari pemerintahan Narendra Modi.
Para kritikus beranggapan pernyataan Sharma sangat mencerminkan polarisasi agama yang mendalam di India. Sesuatu yang telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Ujaran kebencian dan serangan terhadap warga Muslim meningkat tajam setelah BJP berkuasa pada 2014.