PARBOABOA,Siantar - Hari Anak Nasional yang diperingati setiap tanggal 23 Juli memiliki sejarah yang cukup panjang. Jejak rekam embrio Hari Anak Nasional sudah tergurat sejak berdirinya Kongres Wanita Indonesia (Kowani) yang diresmikan pada tahun 1946 silam.
Mengutip Kata Pengantar oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA), pesan Hari Anak Nasional menjadi
tantangan tersendiri di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Pasalnya,
anak menjadi kurang memiliki kesempatan dalam bermain dan belajar, serta
meningkatnya kasus kekerasan selama pandemi.
Oleh karena itu, di masa sekarang sangat dibutuhkan peran
orangtua dalam pendidikan anak terutama dalam hal mental. Kesehatan mental anak
bergantung dengan emosional orangtuanya. Ini bisa dilihat dari banyak sekali
anak yang menangis saat ditinggal orangtuanya pergi. Begitu pula saat orangtua
sedang memiliki masalah, anak juga ikut terlihat sedih.
Akan tetapi, kebanyakan orangtua lebih memilih memendam
emosi dibanding mengurainya. Terlebih lagi di masa pandemi covid-19 seperti
sekarang, batasan antara pekerjaan rumah, kantor, dan mengurus anak sulit untuk
ditentukan.
Akibatnya, orangtua yang memilih memendam emosinya menjadi
mudah marah terhadap anak kemudian memberikan perlakukan yang salah. Akibatnya,
sang anak menjadi trauma hingga dapat berimbas pada kesehatan mentalnya.
"Di masa pandemi anak dan orangtua sama-sama cemas.
Misalnya anak numpahin air sedikit langsung dimarahi," ujar psikolog
Fathya Artha Utami MSc MPsi dalam webinar Hari Anak Nasional, Selasa
(22/7/2021).
Begitu juga dengan sang anak, lanjut dia, mereka akan
berulah yang dapat membuat orangtuanya jengkel. Seperti mogok sekolah, membuat
rumah menjadi kotor, atau mencari perhatian seperti tantrum sepanjang hari.
"Jadi kalau anak nakal, nyebelin, coba rasakan lagi
apa yang orangtua rasakan. Karena perilaku yang tidak tepat pada anak itu
karena ada dorongan emosi yang lebih dalam," jelasnya.
Oleh karena itu, orangtua bisa merangkul anak dan meminta
mereka cerita apa yang dirasakan. Sebab jika dimarahi, biasanya anak akan makin
membuat ulah yang tidak terkendali.
"Jika anak membuat ulah, coba renungkan dulu. Karena
biasanya jika orangtua meresponsnya dengan cara memarahi. Biasanya orangtua
sendiri yang akan menyesal," tukasnya.
Selamat
Hari Anak Nasional 2021, Mari menjadi generasi muda yang membanggakan negeri!