PARBOABOA, Jakarta - Korban ledakan bom masjid di Peshawar, Pakistan, telah mencapai 100 orang per Selasa (31/01/2023). Sebanyak 97 di antaranya merupakan aparat kepolisian dan 3 lainnya merupakan masyarakat sipil. Sementara 60 orang lainnya mengalami luka-luka.
“Sejauh ini, kami telah menerima 100 jenazah dan 60 luka-luka menerima perawatan. Ada puluhan orang terluka lainnya yang dikirim ke dua rumah sakit lain di kota itu,” kata Muhammad Asim Khan, juru bicara Rumah Sakit Lady Reading di Peshawar, dikutip Al-Jazeera, Selasa (31/1/23).
Ledakan yang mengguncang Pakistan itu terjadi di sebuah masjid dekat markas kepolisian dengan pengamanan yang tinggi pada Minggu (30/01/2023). Kejadian tersebut terjadi saat ratusan jemaat yang kebanyakan anggota polisi sedang berkumpul untuk melaksanakan salat ashar.
Masjid tersebut berada di dalam Garis Polisi Peshawar, area yang merupakan bagian dari zona merah kota tempat sejumlah instalasi penting pemerintah berada, termasuk Gedung Menteri Utama, Gedung Gubernur, dan gedung majelis provinsi Khyber Pakhtunkhwa.
Serangan kali ini diklaim sebagai serangan yang paling mematikan di Peshawar sejak bunuh diri di Gereja All Saints yang menewaskan puluhan jemaat minoritas Kristen Pakistan pada September 2013 silam.
Menurut Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Asif pelaku bom bunuh diri berada di saf pertama saat meledakkan dirinya. Ledakan yang ditimbulkannya itu menghancurkan lantai atas masjid saat ratusan jemaah akan melakukan sholat.
Kepolisian masih menyelidiki kasus ini. Termasuk mencari tahu bagaimana cara pelaku bisa lolos dari pos pemeriksaan petugas di sana.
Pihak Taliban Pakistan membantah tudingan bahwa mereka adalah penyebab bom masjid tersebut. Mereka menyebut aksi itu dilakukan oleh faksi yang memisahkan diri dari kelompok mereka.