PARBOABOA, Jakarta - Presiden Republik Afrika Selatan Matamela Cyril Ramaphosa melakukan kunjungan kenegaraannya ke Indonesia pada Rabu (22/10/2025) hari ini.
Ramaphosa tiba di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada sekitar pukul 07.40 WIB dan disambut langsung oleh Menteri Perdagangan RI Budi Santoso.
Turut hadir dalam penyambutan tersebut Duta Besar Afrika Selatan untuk Indonesia Mpetjane Kgaogelo Lekgoro, Duta Besar Indonesia untuk Afrika Selatan Saud Purwanto Krisnawan, serta Danlanud Halim Perdanakusuma Marsma TNI Erwin Sugiandi.
Upacara penyambutan berlangsung khidmat, diiringi pasukan jajar kehormatan, tabuhan musik militer, dan dentuman meriam kehormatan.
Presiden Ramaphosa tampak antusias menyaksikan pertunjukan budaya khas Jakarta yang disiapkan untuk menyambut kedatangannya. Seusai seremoni, ia menuju hotel tempatnya bermalam sebelum melanjutkan agenda utama di Istana Merdeka pada siang hari.
Sekitar pukul 11.00 WIB, iring-iringan kenegaraan Presiden Ramaphosa tiba di halaman Istana Merdeka, Jakarta.
Prosesi penyambutan berlangsung meriah, dihiasi barisan pasukan berkuda, 17 motoris pengawal, serta ribuan pelajar yang melambai-lambaikan bendera kecil Indonesia dan Afrika Selatan di sepanjang jalan menuju istana.
Presiden Indonesia Prabowo Subianto menyambut langsung kehadiran tamunya di sisi barat Istana Merdeka.
Kedua pemimpin negara berjabat tangan erat dan berpelukan hangat sebelum melangkah bersama menuju beranda depan istana untuk memulai upacara kenegaraan.
Lagu kebangsaan kedua negara dikumandangkan, diiringi dentuman meriam salvo sebanyak 21 kali. Keduanya kemudian melakukan inspeksi pasukan kehormatan, diikuti sesi perkenalan delegasi dari masing-masing pihak.
Dari Indonesia, delegasi yang hadir antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Menteri Hak Asasi Manusia Natalius Pigai, Menteri Perdagangan Budi Santoso, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Perkasa Roeslani, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, serta Duta Besar RI untuk Afrika Selatan Saud Purwanto Krisnawan.
Usai perkenalan, kedua kepala negara berfoto bersama dan menandatangani buku tamu kehormatan, sebelum melanjutkan pertemuan tête-à-tête di ruang kerja Presiden Prabowo.
Pembahasan kemudian berlanjut dalam pertemuan bilateral antara delegasi kedua negara di ruang oval Istana Merdeka, dengan format working lunch yang berlangsung dalam suasana akrab dan konstruktif.
Pertemuan tersebut menjadi wadah bagi kedua pemimpin membicarakan penguatan kerja sama strategis di berbagai bidang, mulai dari perdagangan, pertahanan, investasi, hingga pertanian.
"Keduanya menegaskan komitmen untuk memperdalam hubungan bilateral yang telah terjalin erat selama lebih dari tiga dekade," tulis laman Sekretariat Negara (Setneg) RI.
Rangkaian kunjungan kenegaraan ditutup dengan konferensi pers bersama yang menandai semangat baru dalam hubungan diplomatik Indonesia–Afrika Selatan.
Malam harinya, Presiden Prabowo dijadwalkan menggelar jamuan santap malam kenegaraan untuk menghormati Presiden Ramaphosa dan delegasi Afrika Selatan.
"Kunjungan ini bukan sekadar seremonial diplomatik, melainkan simbol persahabatan yang semakin kokoh antara dua negara yang sama-sama menjunjung tinggi semangat kerja sama Selatan–Selatan," papar Setneg.
Melalui pertemuan bersejarah di Jakarta ini, Indonesia dan Afrika Selatan membuka babak baru menuju kemitraan strategis yang lebih erat dan saling menguntungkan di masa depan.
Profil Ramaphosa
Matamela Cyril Ramaphosa dikenal luas sebagai politisi, pengusaha, aktivis anti-apartheid, dan pemimpin serikat pekerja yang kini menjabat sebagai Presiden Republik Afrika Selatan sejak Februari 2018.
Selain menjabat sebagai kepala negara, ia juga merupakan Presiden Kongres Nasional Afrika (ANC), partai politik yang berkuasa di negara tersebut.
Ramaphosa lahir pada 17 November 1952 di Soweto, Johannesburg, Afrika Selatan, dan menghabiskan masa kecilnya di Western Native Township, Provinsi Transvaal.
Saat menempuh pendidikan di University of the North, ia aktif dalam Organisasi Mahasiswa Afrika Selatan dan mulai terlibat dalam berbagai kegiatan aktivisme politik.
Pada 1974, Ramaphosa ditangkap setelah mengorganisir dan menghadiri rapat umum untuk merayakan kemenangan pemberontak Frelimo di Mozambik dan kejatuhan pemerintahan kolonial.
Ia ditahan selama 11 bulan di sel isolasi dan baru dibebaskan pada September 1975. Namun, pengalaman itu tidak memadamkan semangatnya dalam memperjuangkan keadilan sosial.
Ia kemudian terlibat aktif dalam Konvensi Rakyat Kulit Hitam, sebuah gerakan yang memperjuangkan hak-hak masyarakat kulit hitam di bawah rezim apartheid.
Setelah bebas, Ramaphosa bekerja sebagai penasihat hukum untuk Dewan Persatuan Afrika Selatan (CUSA). Melalui lembaga ini, ia berperan dalam pendirian National Union of Mineworkers (NUM) pada 1982 dan kemudian dipercaya menjadi Sekretaris Jenderal pertama.
Di bawah kepemimpinannya, NUM berkembang menjadi salah satu serikat pekerja paling kuat di Afrika Selatan.
Ramaphosa juga menjadi tokoh penting dalam pembentukan Congress of South African Trade Unions (COSATU) pada tahun 1985, yang kelak menjadi federasi serikat buruh terbesar di negara tersebut.
Ia memimpin pemogokan besar-besaran para pekerja tambang pada 1987, yang tercatat sebagai aksi terbesar dan terlama dalam sejarah industri pertambangan Afrika Selatan.
Pada 1991, Ramaphosa terpilih sebagai Sekretaris Jenderal ANC dan menjadi kepala tim negosiasi partai dalam perundingan yang mengakhiri kebijakan apartheid.
Ia memainkan peran penting dalam proses transisi menuju pemerintahan demokratis yang melahirkan pemilu bebas pertama pada 1994, yang kemudian mengantarkan Nelson Mandela sebagai Presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan.
Meski sempat disebut-sebut sebagai calon kuat wakil presiden, posisi tersebut akhirnya diberikan kepada Thabo Mbeki.
Namun, Ramaphosa tetap berperan penting dalam pemerintahan baru, terutama sebagai Ketua Majelis Konstitusi yang bertanggung jawab menyusun konstitusi baru bagi Afrika Selatan.
Setelah periode awal pemerintahan demokratis, Ramaphosa memutuskan untuk beralih ke sektor swasta pada tahun 1996.
Ia mendirikan Shanduka Group, perusahaan investasi yang memiliki portofolio di berbagai sektor seperti pertambangan, energi, dan keuangan. Keberhasilannya di dunia bisnis menjadikannya salah satu tokoh terkaya di Afrika Selatan.
Setelah lebih dari satu dekade di sektor swasta, Ramaphosa kembali aktif di dunia politik. Ia terpilih sebagai Wakil Presiden ANC pada Desember 2012, kemudian diangkat sebagai Wakil Presiden Republik Afrika Selatan pada Mei 2014.
Pada Desember 2017, ia terpilih menjadi Presiden ANC, dan dua bulan kemudian, pada 15 Februari 2018, dilantik sebagai Presiden Afrika Selatan menggantikan Jacob Zuma yang mengundurkan diri.
Sepanjang kariernya, ia dikenal sebagai sosok yang mengedepankan dialog, konsensus, dan prinsip keadilan sosial - warisan nilai perjuangannya sebagai aktivis anti-apartheid.
Kini, di bawah kepemimpinannya, Afrika Selatan terus berupaya memperkuat demokrasi, menumbuhkan ekonomi yang inklusif, dan mengembalikan kepercayaan publik terhadap institusi pemerintahan.