PARBOABOA – Bukan rahasia lagi bahwa Maldives memiliki keindahan alam yang luar biasa di dunia.
Negara yang terletak di Asia Selatan ini terkenal dengan jajaran pantai pasir putih yang sangat indah.
Maldives merupakan salah satu negara favorit tempat pasangan yang baru menikah menghabiskan bulan madunya.
Tak hanya itu, Maldives juga menjadi negara yang menjadi lokasi favorit sebagai tempat diving di dunia.
Akan tetapi, ada hal lain yang menarik dari negara ini. Yaitu 100 persen penduduknya adalah muslim.
Dilansir dari MaldivesFinest, Rabu (12/06/2024), sejarah mencatat Maldives pernah dijajah oleh Portugis dan Inggris. Setelah itu, Maldives direbut oleh seorang pemimpin muslim bernama Muhammad Thakurufaanu Al-Auzam.
Negara dengan luas 297,8 km persegi ini mewajibkan semua penduduknya untuk memeluk agama Islam.
Kebijakan ini diwajibkan secara legal di bawah Undang-Undang negara. Pada tahun 2008, Maldives melengkapi Undang-Undang tersebut dengan menyatakan bahwa yang tidak beragama Islam dilarang untuk menjadi warga negara.
Dengan penduduk yang 100 persen muslim ini, hukum Syariah Muslim menjadi tonggak dalam kehidupan sehari-hari warga Maldives.
Walaupun peraturannya ketat, namun pariwisata di negara ini merupakan pendapatan utama. Karenanya, pemerintah Maldives memutar otak untuk tetap taat pada agama namun juga bisa mendatangkan wisatawan.
Salah satu aturan Syariah Muslim yang ada di Maldives adalah hanya di Male’ saja penggunaan bikini dilarang. Male’ merupakan ibukota negara Maldives.
Pantai di Male’ merupakan milik publik. Selain itu, semua warga tinggal di Male’ sehingga wisatawan dilarang menggunakan bikini walaupun untuk berenang di wilayah ini.
Jika ada wisatawan yang melanggar, Maldives tak segan memberikan hukuman dan memenjarakan turis yang berbikini di area pantai publik.
Fakta menarik lainnya dari Maldives adalah tercatat sebagai negara terendah dan paling datar di dunia. Menurut Guinness World Record, ketinggian maksimum Maldives adalah 2,4 meter di atas permukaan laut.
Fakta lainnya adalah di mana pada tahun 2009, Mohamed Nasheed yang merupakan Presiden Maldives saat ini menyelenggarakan pertemuan seluruh menteri kabinet di dasar laut.
Tujuan lokasi rapat ini adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya yang dihadapi lautan di dunia dan bagaimana manusia mengganggu sumber daya air tawar.
Sayangnya, negara ini memiliki masalah serius terkait dengan pemanasan global dan perubahan iklim.
Parahnya perubahan iklim membuat air laut di Maldives terus naik dan diprediksi akan membuat Maldives tenggelam.
Jika hendak mengunjungi Maldives, ada beberapa aturan yang harus ditaati wisatawan misalnya jika bukan di pulau resor, sebaiknya jangan menampilkan kemesraan dengan pasangan.
Selain itu, penggunaan baju renang seperti bikini terbatas hanya di pulau resor atau kapal pesiar. Hindari minum air keran, karena tidak terjamin kebersihannya.
Pesawat atau kapal ari atau yang menuju Maldives kemungkinan bisa terlambat akibat buruknya cuaca.
Alam menjadi sumber utama penduduk Maldives, baik di sektor pariwisata maupun perikanan. Sehingga, wisatawan diharapkan menjaga kondisi alam di negara ini seperti tidak menyentuh terumbu karang saat menyelam.
Jual beli karang dan penyu di negara ini merupakan kegiatan yang terlarang. Narkoba, alkohol, daging babi dan anjing adalah hal terlarang untuk dibawa masuk ke Maldives.
Ketika datang berlibur di hari besar Islam seperti Ramadan atau Lebaran, sebaiknya tetap menjaga sopan santun.
Walaupun sering dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai negara, namun ternyata Maldives kini mengeluarkan aturan melarang kunjungan warga negara Israel ke negaranya.
Aturan ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas negara ini kepada Palestina. Dilansir dari Al Jazeera, Presiden Maldives, Mohamed Muizzu mengumumkan pemberlakuan larangan terhadap paspor Israel.
Dari data pemerintah setempat, hampir 11 ribu warga Israel mengunjungi Maldives tahun lalu atau setara dengan 0,6 persen dari total kunjungan wisatawan.
Data resmi menunjukkan jumlah warga Israel yang mengunjungi Maldives turun menjadi 528 dalam empat bulan di tahun 2024 atau turun sebesar 88 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pemberlakuan larang ini merupakan tekanan dari partai-partai oposisi dan sekutu pemerintah di Maldives untuk melarang warga Israel sebagai tanda protes terhadap genosida di Jalur Gaza.
Menanggapi larangan ini, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel mendesak warganya yang saat ini berada di Maldives untuk segera pergi dan meninggalkan negara itu.
“Bagi warga negara Israel yang tinggal di negara tersebut, disarankan untuk pergi. Karena jika mengalami kesulitan karena alasan apa pun, akan sulit bagi kami untuk membantu,” ujarnya.