PARBOABOA, Jakarta - Ancaman serangan besar-besaran yang akan dilancarkan pemberontak di sejumlah wilayah tampaknya telah menggoyahkan pemerintah militer Myanmar.
Alhasil, sebagai langkah antisipasi, mereka pun mengeluarkan perintah agar seluruh staf pemerintah dan individu yang memiliki pengalaman militer untuk bersiap-siap jika nantinya akan terjadi keadaan darurat.
Sementara itu, tanda-tanda serangan pemberontak telah muncul. Mereka menyerang sejumlah pangkalan militer Myanmar yang ada di perbatasan dengan India.
Pejabat polisi India pun mengonfirmasi, setidaknya 29 tentara Myanmar memasuki India pada Kamis (16/11/2023) setelah pangkalan militer mereka yang berada dekat perbatasan diserang.
Sebelumnya, dilansir dari Straitstimes, pada awal pekan ini, 43 tentara Myanmar juga memasuki negara bagian Mizoram, India setelah pangkalan militer mereka jatuh ke tangan pemberontak.
Di sisi lain, Sekretaris dewan administratif, Tin Maung Swe, menyatakan pemerintah telah memerintahkan pembentukan unit khusus untuk menanggapi situasi darurat, termasuk tugas-tugas dalam bencana alam dan keamanan.
Meskipun perintah ini dikeluarkan, Tin Maung Swe menekankan situasi di ibu kota saat ini tetap tenang.
Sementara itu, juru bicara junta, Zaw Min Tun, mengatakan militer saat ini menghadapi serangan hebat dari sejumlah besar tentara pemberontak bersenjata di beberapa bagian negara.
Di antaranya, negara bagian Shan di timur laut, negara bagian Kayah di timur, dan negara bagian Rakhine di barat.
Zaw Min Tun mengungkapkan beberapa posisi militer telah dievakuasi lantaran pemberontak menggunakan drone untuk menjatuhkan ratusan bom di pos-pos.
Sebagai informasi, militer Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta tahun 2021 yang menggulingkan pemerintahan yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.
Sebagai respons terhadap kudeta dan tindakan keras terhadap para demonstran, pemerintahan Myanmar kini tengah menghadapi tekanan dan sanksi dari negara-negara Barat
Meskipun negara-negara tetangga di Asia Tenggara berupaya mendorong perdamaian, para jenderal Myanmar terus mengabaikan upaya tersebut.
Sementara itu, kelompok pemberontak, seperti Tentara Arakan yang terus berjuang untuk otonomi di negara bagian Rakhine juga turut andil dalam meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut.
Tanggapan Negara Tetangga
Juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Arindam Bagchi, menyatakan keprihatinan terhadap situasi di sepanjang perbatasan.
Dia meminta penghentian kekerasan dan penyelesaian melalui dialog.
Sementara PBB, melalui Antonio Guterres, menyampaikan kekhawatiran terhadap perluasan konflik di Myanmar.
Dia menyerukan perlindungan terhadap warga sipil di tengah meningkatnya jumlah pengungsi yang telah mencapai dua juta orang saat ini.