PARBOABOA - Sembilan puluh empat bulan sudah waktu yang dihabiskan Rosalina Simajuntak, atlet bela diri Wushu asal Simalungun mendedikasikan dirinya untuk latihan dan bertarung. Lawannya beragam, tidak hanya asal Indonesia namun mancanegara. Hasilnya sudah tiga emas, dua perunggu dan satu perak, mendali yang berhasil didapatnya.
Saat ini 2022, Ocha, panggilan akrabnya sedang mempersiapkan diri kembali untuk mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) pada 2024 nanti. Ini akan menjadi pertarungan akhirnya menjadi atlet lalu pensiun dari dunia yang sangat dicintainya tersebut.
“Kesibukan selain kuliah, saya sekarang lagi pelatihan untuk mengikuti PON 2024 ini, karena umur juga sudah menginjak 25 tahun kan, ini akan jadi pertandingan akhir saya,” ucap Ocha kepada PARBOABOA, Rabu (28/09) lewat panggilan telepon.
Pada momen akhir pertandingan di 2024 nanti, Ocha akan bertarung dengan maksimal. Apapun hasilnya nanti dia akan berusaha tampil dengan sebaik-baiknya. Harapannya bisa mempersembahkan emas.
“Semoga di pertandingan PON 2024, pertandingan terakhir saya bisa memberikan hasil yang terbaik, mendapat emas. Dan setelah berhenti mengikuti berbagai perlombaan bisa di tempatkan di tempat kerja yang layak,” kata Ocha bercerita.
Berawal Menurunkan Berat Badan
Ocha yang masih berstatus mahasiswi di Universitas Negeri Medan (Unimed) program studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) bercerita tentang langkah awalnya dia bisa terjun menjadi atlet Wushu. Semuanya dari keinginan tidak sengaja yang hanya ingin menurunkan berat badan.
“Hanya karena ingin menurunkan timbangan awalnya, karena kelebihan berat badan,” ungkap Ocha.
Melalui tujuan itu, Ocha bisa sampai di titik sekarang. Padahal pada saat itu dia mengaku menerima pertentangan dari kedua orang tuanya karena takut anak kesayangannya mengalami cidera akibat latihan berat yang dijalaninya.
Waktu demi waktu, Ocha pun tidak menyerah, dia terus meyakinkan kedua orang tuanya lewat hasil yang ditunjukannya. “Saya buktikan ke mereka jika saya bisa dan ternyata bisa membuat orang tua bangga,” ucapnya penuh haru.
Ocha masih ingat dengan jelas momen pertama kali dia memenangkan pertandingan dan memperoleh mendali emas saat mengikuti pra PON 2016 di Bandung, Jawa Barat. Lewat hasil ini, semangatnya kian nyala untuk latihan lebih keras.
“Saat PON 2016 itu, saya memperoleh mendali emas,” katanya.
Jalan Ocha Kian Bersinar
Ocha yang awalnya pesimis berubah menjadi sosok penuh optimis. Pelatih menjadi sosok yang paling berjasa dalam hidupnya untuk terus menguatkan semangatnya agar terus nyala. Tentu saja semuanya tidak sia-sia, jalan hidupnya menjadi atlet penuh dengan prestasi.
Ocha bercerita, kesempatannya untuk menjadi atlet dimulai dari kepercayaan pelatih yang diberikan kepadanya saat satu tahun pertamanya latihan Wushu. Dia diminta untuk menjadi perwakilan mengikuti kejuaraan daerah (Kejurda) di Kota Medan kategori pemain putri kelas 52 kilogram (kg).
“Persiapannya saat itu ya latihan, mematangkan teknik, melatih fisik, jaga pola makan, istirahat yang cukup,” jelasnya.
“Sering merasa lelah selama menjalani pelatihan, memperoleh luka-luka ringan, hingga cidera-cidera ringan, tapi itu semua tidak menghalangi semangat saya untuk memberikan yang terbaik,” katanya kembali.
Kini ada banyak prestasi yang dimiliki Ocha. Baru-baru ini, dia memperoleh mendali perak di SEA Games 2021 yang terselenggara pada Mei 2022 di Vietnam. Tidak hanya itu, dia juga menjadi juara pertama saat PON 2020 di Papua.
Prestasi lainnya memperoleh perunggu pada SEA Games 2020 di Vietnam. Kemudian dapat mendali emas saat kejuaraan Star di Rusia dan sumbang emas pada perlombaan Federation Internationale du Sport Universitaire (FISU) antar mahasiswa.
“Lainnya pada Sea Games 2019 di Philipina saya dapat perunggu,” ucapnya.
Ocha akan segera pensiun menjadi atlet, sebagai seseorang yang sangat mencintai olahraga yang membawa harum nama Indonesia di kanca internasional, dia memiliki harapan besar jika seni bela diri Wushu semakin maju dan lebih dikenal banyak orang.