PARBOABOA, Jakarta - Peretasan akun Instagram Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, menuai tanda tanya, apakah akun tersebut mengaktifkan fitur keamanan Two Factor Authentication (TFA), atau tidak.
Hal itu disampaikan Pakar Keamanan Teknologi Informasi, Alfons Tanujaya saat dihubungi PARBOABOA, Rabu (17/1/2024) pagi.
"Kalau tidak mengaktifkan TFA agak memprihatinkan karena akun sepenting itu tidak mengaktifkan TFA," paparnya.
Bahkan misalnya menggunakan TFA yang lemah seperti TFA dengan fitur SMS, bagi Alfons hal itu tidak disarankan.
Di sisi lain, Alfons menyayangkan banyak yang menduga kuat itu disebabkan oleh pihak Israel, padahal siapapun bisa memposting apapun.
"Karena siapapun yang meretas bisa mengunggah konten apapun dan konten tersebut bukan menunjukkan siapa yang meretas," sambungnya.
Lebih dari itu Alfons juga heran dengan status akun Instagram Mahfud yang centang biru namun masih bisa dibobol.
"Tetapi yang perlu dipertanyakan adalah bagaimana tim nya mengamankan akun ini. Kok akun centang biru dengan follower yang cukup besar bisa sampai diretas," ujarnya.
Alfons melihat, secara tidak langsung lemahnya akun Instagram pejabat publik yang diretas sebagai bentuk gagalnya tim Mahfud dalam mengamankan aset digital.
"Jangan sampai hal ini menunjukkan kegagalan dalam mengamankan aset digital. Kalau akun ini bisa diretas, hal ini harusnya menjadi perhatian serius agar hal yg sama jangan terjadi lagi. Karena secara tidak langsung ini menunjukkan pengamanan aset digital yang kurang mumpuni," tandasnya.
Sebelumnya, Praktisi Keamanan Siber, Reza Jusrie juga menyampaikan hal yang sama bahwa dalam meretas sebuah akun Instagram bukanlah suatu hal yang mudah.
"Untuk meretas instagram seseorang itu perlu waktu dan Instagram memliki sistem security yang sangat baik, jadi bagi hacker untuk meretas instagram seseorang itu lumayan sulit," ujarnya saat dihubungi PARBOABOA.
Ia menuturkan, apapun sosial media yang dapat diretas itu semua disebabkan kelengahan pengguna. Alias bukan kesalahan dari pihak platform.
"Itu semua karena kelengahan user bukan karena kelengahan dari suatu platform jika pun kelengahan suatu platform itu kemungkinan ada, namun sangat kecil," tutur dia.
Sebelumnya postingan Mahfud cukup membuat kaget warganet lantaran mengunggah video sejumlah orang berseraham militer yang saling menyundul bola. Keterangan dalam postingan tersebut juga merupakan dari bahasa Israel yang mengartikan "Tuhan di atas saya, siapa yang bisa mengendalikan saya?".
Postingan itu kemudian menuai emosi warganet, tidak sedikit dari mereka bahkan mengecam tindakan hacker tersebut.