PARBOABOA, Pematang Siantar – Produsen tahu dan tempe di Kota Pematang Siantar menjerit karena harga kacang kedelai meroket. Saat ini perkarung ukuran 50 kilogram sudah mencapai Rp650 ribu, dari sebelumnya hanya Rp300 ribu sampai Rp400 ribu.
Salah satu produsen tempe dan tahu di Jalan Mawar Kecamatan Siantar Kota Pematang Siantar, Suyanti mengatakan, kenaikan harga kedelai sudah terjadi selama tiga bulan dan belum ada mengalami penurunan. Ditambah kenaikan bahan bakar minyak (BBM), kondisinya semakin memberatkan.
“Kacang kedelai mahal, produksi merosot. Akibatnya, kita susah bayar para karyawan. Kalau harga jual juga dinaikkan, tidak cukup juga untuk bayar gaji,” ucapnya kepada PARBOABOA, Selasa (20/9).
Suyanti mengatakan, harga kacang kedelai memang sudah melonjak sejak masa pandemi, namun semakin naik signifikan di 2022 dan dia terpaksa harus menyesuaikan produksi tahu dengan pasokan kacang kedelai yang mampu dibeli.
“Saat harga normal ya, kita itu biasa menghabiskan 10 karung kedelai untuk produksi dalam satu hari. Sekarang kita hanya mampu 6 karung saja,” katanya.
Walau harga kacang kedelai naik, Suyanti mengaku tidak bisa menaikkan harga karena takut pembeli komplain dan penjualan menurun. Untuk menyiasati itu, dia mengurangi ukuran tahu menjadi lebih kecil.
“Sekarang kita kurangilah ukurannya, harganya tetap seribu rupiah untuk 5 potong tahu. Kita juga kesulitan dengan mahalnya harga solar dan susah didapat pula. Jadi, angkutan kita yang mau antar tahu ke Dolok Sanggul, ke Kabupaten Karo, dan daerah lain jadi terkendala,” tuturnya.
Dengan kondisi tersebut, Suyati meminta kepada pemerintah segera mengambil kebijakan untuk menstabilkan harga kedelai. “Semogalah pemerintah bisa menstabilkan harga kacang kedelai untuk membantu kami para pengusaha yang menjerit dengan harga yang sangat tinggi itu. Selain itu, kami juga berharap pemerintah mau membantu pemasaran produk juga agar pasar tahu di Siantar bisa lebih berkembang,” jelasnya.
Terpisah, PARBOABOA melakukan wawancara dengan salah satu pedagang tempe di Kelurahan Pardomuan, yakni Juniati yang juga mengeluh lonjakan harga kacang kedelai yang sangat tinggi. Dia terpaksa mengurangi produksi karena tidak sanggup membeli kacang kedelai
“Mau tidak mau kita harus bertahankan, karena ini mata pencaharian kita. Jadi kita kurangilah produksi, karena tidak sanggup juga membeli kedelai yang sangat mahal sekarang,” ucap Juniati.
Juniati mengatakan, dirinya harus mengurangi ukuran tempe dan menaikkan harga demi menyesuaikan bahan baku yang dibeli. “Sekarang sudah Rp630 ribu per 50 kg harga kacang kedelai. Kita kurangilah ukurannya dan kita naikkan harganya. Dulunya Rp1.500 per bungkus, sekarang kita buat jadi Rp5.000 per 3 bungkus,” ucapnya
Juniati pun mengaku pasrah dengan komplain para pembeli atas kenaikan harga tersebut dan berharap kepada para konsumen mengerti dengan kondisi para pengusaha yang kesulitan memenuhi bahan baku produksi.
“Kita cuma bisa pasrah dengan komplain para pembeli. Mau bagaimana lagi, hanya itu cara kita biar tetap bisa memenuhi bahan baku produksi. Kita harap juga para konsumen dapat mengerti dengan kenaikan tersebut,” tutupnya.