PARBOABOA, Jakarta - Penyaluran kredit perbankan di Indonesia terindikasi mengalami peningkatan yang signifikan.
Data yang dirilis oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa sejak awal tahun ini, jumlah kredit yang disalurkan oleh bank-bank di seluruh negeri telah mencapai puncaknya dalam beberapa tahun terakhir.
Penyaluran kredit baru oleh perbankan pada Agustus 2023 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
Saldo bersih tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru pada Agustus 2023 tercatat sebesar 86,2 persen atau tumbuh lebih tinggi dibandingkan SBT bulan sebelumnya sebesar 45,1 persen.
Adapun faktor utama yang memengaruhi penyaluran kredit baru tersebut antara lain permintaan pembiayaan dari nasabah, prospek kondisi moneter dan ekonomi ke depan, serta tingkat persaingan usaha dari bank lain.
Sementara itu, untuk keseluruhan triwulan III 2023 penawaran penyaluran kredit baru dari perbankan diprakirakan meningkat.
Kemudian, dari sisi rumah tangga permintaan pembiayaan baru terindikasi relatif stabil pada Agustus 2023. Sementara itu, pemenuhan pembiayaan yang berasal dari bank umum meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
Selain perbankan, sumber pembiayaan lain yang menjadi preferensi rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan antara lain koperasi dan leasing.
Pembiayaan korporasi pada Agustus 2023 terindikasi tumbuh positif meski lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.
Hal tersebut tecermin dari SBT pembiayaan korporasi sebesar 14,7 persen, lebih rendah dibandingkan SBT 17,6 persen pada Juli 2023.
Adapun sumber pembiayaan korporasi terutama berasal dari dana sendiri, diikuti pembiayaan yang berasal dari perbankan dalam negeri yang tercatat meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
Faktor Pertumbuhan Kredit
Dilansir dari berbagai sumber, pertumbuhan ini dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, di antaranya langkah-langkah stimulus ekonomi yang diambil oleh pemerintah untuk merespons dampak pandemi Covid-19 telah membuka akses lebih luas bagi perusahaan dan individu untuk mendapatkan pinjaman perbankan.
Selain itu, suku bunga yang rendah juga telah mendorong permintaan kredit, terutama di sektor properti dan usaha kecil-menengah.
Sementara peningkatan ini memberikan dorongan positif bagi pertumbuhan ekonomi, para ahli juga mengingatkan tentang pentingnya memantau ketat kualitas kredit untuk menghindari kemungkinan risiko kredit di masa depan.
Pemerintah dan otoritas perbankan telah memperketat pengawasan terhadap praktik perbankan yang berpotensi berisiko tinggi.
Kendati demikian, banyak pihak berharap bahwa tren positif dalam penyelururan kredit ini akan terus berlanjut dan memberikan kontribusi yang berarti bagi pemulihan ekonomi nasional.