PARBOABOA, Jakarta – Kasus paru-paru basah atau pneumonia mengalami peningkatan akibat polusi udara di Ibu Kota.
Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, menyatakan bahwa sebelum pandemi COVID-19, kasus tersebut ada sekitar 50.000 orang. Saat ini kasusnya naik tiga kali lipat menjadi 200.000 orang.
Pneumonia ini dapat menjangkit siapapun, dan yang paling berisiko tinggi terkena adalah anak-anak dengan usia di bawah 2 tahun serta lansia berusia di atas 65 tahun.
Bahkan, pneumonia menjadi penyebab kematian tertinggi pada anak-anak di seluruh dunia.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), pada tahun 2019 terdapat sebanyak 740.180 anak-anak meninggal akibat penyakit tersebut.
Oleh karena itu, mulai pekan depan Menkes meminta seluruh Puskesmas yang ada di Ibu Kota untuk rutin melakukan pemeriksaan kualitas udara dengan menggunakan alat sanitari kit.
Menurutnya, langkah ini digunakan untuk memperkuat surveilans data polusi udara di Jakarta.
Kemudian, apabila hasilnya menunjukkan angka yang tinggi, maka Puskesmas harus segera mengirimkan sempel ke laboratorium kesehatan guna mengetahui sumber polusi tersebut.
Dengan begitu, pemerintah pusat dapat mengusulkan sejumlah penanggulangan atas sumber polusi udara ke pemerintah daerah.
Gejala dan Penanganan Pneumonia
Pneumonia atau yang dikenal juga dengan istilah paru-paru basah merupakan peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur.
Infeksi ini menyebabkan peradangan kantong-kantong udara (alveoli) pada salah satu atau kedua paru-paru.
Akibatnya, alveoli dipenuhi oleh cairan atau nanah hingga membuat penderitanya kesulitan bernapas.
Penyakit ini dapat menimbulkan gejala ringan hingga berat. Namun, gejala umumnya yakni sesak napas, demam, menggigil, nyeri dada saat batuk atau bernapas, batuk berdahak, tubuh mudah lelah, kehilangan nafsu makan, mual dan muntah serta batuk berdahak.
Penanganan penyakit tersebut dapat disesuaikan dengan penyebab dan tingkat dari keparahan yang dialami penderita.
Apabila pneumonia akibat infeksi bakteri, maka bisa ditangani dengan memberikan antibiotik kepada pasien. Sedangkan gejala yang lebih parah, disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan ke rumah sakit.
Pneumonia ini dapat dicegah dengan sejumlah cara seperti, menghindari kontak langsung terhadap orang yang tengah sakit dan menjalani vaksinasi.
Kemudian, cara lainnya yaitu menjaga kebersihan diri dengan rajin mencuci tangan serta tidak menyentuh hidung atau mulut sebelum cuci tangan.