PARBOABOA, Jakarta - Berita duka datang dari 'Negeri Para Mullah', julukan untuk negara Iran.
Presiden Ebrahim Raisi, Menteri Luar Negeri (Menlu) Hossein Amir-Abdollahian, dan beberapa pejabat tinggi lainnya dikabarkan meninggal dunia dalam kecelakaan tragis pada Minggu (19/05/2024) lalu.
Helikopter yang mereka tumpangi menabrak badai salju di wilayah pegunungan Provinsi Azerbaijan Timur, Iran Timur Laut.
Insiden tragis ini terjadi di dekat Jolfa, sebuah kota yang berbatasan langsung dengan Azerbaijan, sekitar 600 kilometer barat laut ibu kota Teheran.
Kepada kantor berita Reuters, pejabat senior Iran membenarkan bahwa seluruh penumpang helikopter, termasuk Presiden Raisi dan Menlu Amir-Abdollahian, tewas dalam kecelakaan.
Pasca insiden, Kepala Bulan Sabit Merah Iran (IRCS), Amir Hossein Koolivand langsung menurunkan tim penyelamat ke lokasi kejadian.
Operasi pencarian kemudian dilakukan oleh 73 tim penyelamat dalam 'kondisi sulit' di daerah pegunungan yang tertutup kabut tebal dan hujan.
Cuaca ekstrim memberi tantangan bagi mereka untuk mencari jasad para korban yang telah meninggal dunia.
Televisi pemerintah Iran berulang kali menayangkan foto-foto dari lokasi kecelakaan yang menunjukkan helikopter diduga menabrak puncak gunung.
Meskipun demikian, hingga kini, belum ada pernyataan resmi mengenai penyebab kecelakaan tersebut.
Kantor berita Iran, IRNA, hanya melaporkan bahwa Raisi terbang dengan helikopter Bell 212 buatan Amerika Serikat.
Ia bersama jajaran pejabat Iran berada di Azerbaijan pada Minggu pagi untuk meresmikan sebuah bendungan bersama Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev.
Tragedi kelabu ini mengguncang Iran dan dunia internasional, serta menimbulkan pertanyaan besar mengenai keselamatan penerbangan di tengah cuaca ekstrim.
Di pihak lain, sejumlah pengamat menyebut bahwa kematian Raisi memiliki pertautan dengan kampanye politis yang disuarakannya untuk mendukung kemerdekaan Palestina.
Biografi dan Karir Politik Raisi
Ebrahim Raisol-Sadati atau Ebrahim Raisi adalah politikus senior yang menjabat sebagai presiden Iran ke IV. Ia lahir di Masyhad, Iran Timur Laut pada 14 Desember 1969.
Raisi kecil menempuh pendidikan agama dan dilatih sebagai santri di bawah bimbingan ulama terkemuka, termasuk Ayatollah Ali Khamenei.
Sama seperti pemimpin tertinggi Iran umumnya, Raisi sering mengenakan sorban hitam yang menandakan statusnya sebagai seorang sayyid, keturunan Nabi Muhammad, yang dihormati di kalangan Dua Belas Muslim Syiah.
Ia memulai karirnya sebagai jaksa di berbagai yurisdiksi sebelum pindah ke Teheran pada tahun 1985.
Di ibu kota Iran ini, ia menjadi bagian dari komite hakim yang mengawasi eksekusi tahanan politik. Ia juga telah lama menjadi anggota Majelis Ahli, badan yang bertugas memilih pengganti pemimpin tertinggi Iran.
Pada 2014, Raisi diangkat sebagai Jaksa Agung Iran selama dua tahun sebelum ditunjuk oleh Khamenei untuk memimpin Haram Suci Razavi (HSR).
HSR sendiri adalah sebuah lembaga amal kolosal dengan aset miliaran dolar yang bertugas mengelola tempat suci Imam Reza.
Dalam lingkaran politik nasional, ia pertama kali mencalonkan diri sebagai presiden pada 2017, namun gagal melawan petahana Hassan Rouhani.
Setelah jeda singkat, pada 2019, ia diangkat sebagai kepala sistem peradilan Iran oleh Khamenei.
Dalam menjalankan tugas tersebut, Raisi memposisikan dirinya sebagai pembela keadilan dan pejuang anti-korupsi yang melakukan perjalanan ke berbagai provinsi untuk meraih dukungan rakyat.
Pada 2021, Raisi akhirnya terpilih sebagai presiden Iran di tengah rendahnya jumlah pemilih dan diskualifikasi luas terhadap kandidat reformis dan moderat.
Kehadirannya mulai menyedot perhatian masyarakat Iran setelah berkali-kali melancarkan retorika keras kepada Israel dan Amerika Serikat, serta sekutu-sekutu Barat mereka.
Sejak dimulainya perang di Gaza pada Oktober 2023, ia menyampaikan banyak pidato yang mengutuk tindakan Israel terhadap warga Palestina dan mendesak intervensi internasional.
Hingga kini, publik mengenalnya sebagai tokoh berpengaruh dalam politik Iran, yang melalui berbagai jabatan penting telah menunjukkan komitmen pada keadilan dan sikap anti-korupsi.
Editor: Defri Ngo