PARBOABOA, Jakarta - Krisis pangan yang tengah melanda dunia saat ini merupakan ancaman serius terhadap kesejahteraan masyarakat global.
Menurut Presiden Joko Widodo (Jokowi), krisis pangan ini tidak hanya berkaitan dengan ketersediaan, tetapi juga mencakup berbagai tantangan sistemik yang perlu segera diatasi oleh komunitas internasional.
Dia menyoroti perubahan iklim yang semakin ekstrem, pertumbuhan populasi yang cepat, dan masalah-masalah kompleks terkait dengan ketahanan pangan.
Selain itu, Jokowi juga menekankan pentingnya kerjasama antarnegara dalam mengatasi krisis ini dan mendukung inisiatif global untuk mencapai ketahanan pangan yang lebih baik di masa depan.
Lebih lanjut, Jokowi mengungkapkan, saat ini terdapat 22 negara di seluruh dunia yang telah mengambil tindakan untuk menahan komoditas pangan mereka dari diekspor karena menghadapi krisis pangan yang serius.
Tindakan ini diambil sebagai upaya untuk memprioritaskan kebutuhan pangan dalam negeri dan mengatasi ketidakpastian yang terkait dengan pasokan pangan.
Beberapa negara yang terkenal melakukan pembatasan ekspor pangan, di antaranya Argentina, Rusia, Kazakhstan, dan lainnya.
Menurutnya, tindakan tersebut mencerminkan keseriusan krisis pangan global dan upaya negara-negara tersebut untuk melindungi ketersediaan pangan bagi penduduk mereka di tengah meningkatnya permintaan dan gangguan pasokan.
Pemerintah-pemerintah tersebut juga berusaha untuk mengatasi fluktuasi harga pangan yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi dan kesejahteraan rakyat mereka.
Dalam hal ini, Jokowi pun juga meminta semua pihak memiliki kepekaan. Sebab, urusan pangan merupakan urusan perut rakyat dan sangat penting untuk menentukan stabilitas bangsa.