PARBOABOA, Jakarta - Sejak awal pembangunannya, Ibu Kota Nusantara (IKN) dirancang menjadi kota ramah lingkungan (Go Green).
Dalam rangka itu, seluruh agenda pembangunan yang sedang dijalankan saat ini, termasuk pembangunan transportasi publik harus mendukung konsep Go Green dan pembangunan berkelanjutan.
Go Green merupakan upaya menciptakan lingkungan hidup bersih di tengah gempuran polusi yang menjadi ketakutan masyarakat global sekarang.
Hal ini dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya menekan penggunaan kendaraan konvensional yang mengandalkan bahan bakar bensin dan solar.
Dua jenis bahan bakar ini, berdasarkan sejumlah penelitian, mengeluarkan emisi gas buang seperti CO2, Nox dan partikel yang bisa mencemari lingkungan dan merusak kesehatan manusia.
Sebagai gantinya, dunia saat ini sedang gencar-gencarnya mengampanyekan penggunaan kendaraan listrik yang menggunakan baterai sebagai sumber daya utama.
Lantas bagaimana Indonesia, terutama IKN yang jauh-jauh hari mengusung pembangunan berkelanjutan, membangun transportasi publik ramah lingkungan melalui peningkatan penggunaan kendaraan listrik?
Pihak Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) memberi informasi positif soal ini.
Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi OIKN, Agung Wicaksono dalam sebuah Seminar daring, Rabu, (24/4/2024) mengatakan, pengembangan kendaraan listrik di IKN semakin besar.
Hal ini seiring dengan semakin banyaknya pihak-pihak baik dari dalam maupun luar negeri yang ingin terlibat, terutama pihak swasta.
Kata dia, minat bisnis swasta untuk berpartisipasi di Nusantara tinggi, "terutama dalam pengembangan kendaraan listrik."
Selain itu, perusahaan transportasi Indonesia, yaitu PT Blue Bird Group Tbk juga telah menghadirkan transportasi publik ramah lingkungan di kawasan IKN.
Agung mengatakan, layanan transportasi yang disediakan perusahaan tersebut antara lain taksi bertenaga listrik, bus rapid transit bertenaga listrik, mobil rental bertenaga listrik, serta bus umum yang menghubungkan trayek Balikpapan-IKN.
Sementara itu, Perusahaan Umum (Perum) Damri yang merupakan bagian dari BUMN, kata Agung, saat ini juga sedang menunjukkan ketertarikan mengembangkan kendaraan listrik di ibu kota baru tersebut.
Dari sisi operator, selain operator dalam negeri, operator asal Singapura, ComfortDelGro menyatakan kesedian terlibat mendukung pengembangan mobil listrik.
Dukungan yang sama datang dari produsen kendaraan listrik seperti BYD dari China dan Skoda dari Republik Ceko.
Agung menerangkan, mereka telah menyatakan minatnya untuk turut serta menyediakan kendaraan ramah lingkungan di IKN.
Agung berkata, "ini adalah agenda yang sedang kami kerjakan saat ini," dengan menargetkan di tahun 2024, "akan mulai memiliki layanan bus listrik di Nusantara yang disediakan oleh Bluebird."
Deputi Bidang Sarana dan Prasarana OIKN, Silvia Halim di forum yang sama kembali menegaskan komitmen IKN mengembangkan transportasi publik ramah lingkungan.
Ia juga menyebut, akan membatasi penggunaan kendaraan pribadi di IKN. Sebanyak 80 persen kendaraan yang diiziinkan tegas dia adalah kendaraan transportasi publik.
Namun begitu, di tengah euforia pemerintah menggembar-gembor penggunaan kendaraan listrik, catatan Ekonom Senior tanah air, Emil Salim perlu mendapat perhatian.
Emil sebelumnya mengkritik klaim pemerintah yang berdalih, kendaraan listrik di Indonesia sepenuhnya akan menggunakan energi ramah lingkungan.
Menurut dia, hal itu tidak sepenuhnya benar karena kendaraan listrik perlu ditambah daya (charge) ketika habis.
Di Indonesia sumber listrik yang tersedia sebagian besar masih menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berasal dari pembakaran batu bara.
Menurut Emil ketika masih menggunakan bahan bakar batu bara, itu masih tergolong sumber energi konvensional sehingga belum berkontribusi penuh menciptakan lingkungan tanpa polusi.
Dalam rangka itu, ia mengingatkan pemerintah agar betul-betul memikirkan kebijakan yang benar-benar berkomitmen menangani perubahan iklim, tidak terbatas pada kewajiban menggunakan kendaraan listrik.