Membaca Sentuhan Militeristik Pembekalan Kabinet di Akmil Magelang

Potret pembekalan kabinet di Akmil Magelang. (Foto: Instagram/@prabowo)

PARBOABOA, Jakarta - Para menteri dan wakil menteri Kabinet Merah Putih menjalani pembekalan intensif selama dua hari di Akademi Militer (Akmil) Lembah Tidar, Magelang. 

Acara ini berlangsung dari Jumat, (25/10/2024) hingga Minggu, (27/10/2024). Selama kegiatan, peserta tidur di tenda dan mengenakan seragam loreng Komponen Cadangan (Komcad) yang sudah disiapkan.

Agenda hari pertama dimulai pukul 08.00 WIB dengan pengarahan langsung dari Presiden Prabowo Subianto. Selanjutnya, peserta menerima materi pencegahan korupsi yang dibawakan oleh BPK, Polri, dan Kejaksaan Agung.

Sesi berikutnya diisi dengan pembahasan tentang perencanaan pembangunan bersama Bappenas. 

Setelah itu, Kementerian Keuangan memberikan materi terkait perencanaan anggaran, dan di sesi terakhir hari itu, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) memberikan materi tentang pelaksanaan birokrasi.

Pada hari kedua, peserta mengikuti pembekalan seputar hilirisasi industri dan penerapan B100, pembahasan food estate serta kebijakan pangan bergizi. 

Lalu, malam harinya mereka mengikuti acara 'Malam Akrab' yang bertujuan mempererat hubungan dan membangun kekompakan antar anggota kabinet.

Prabowo menjelaskan bahwa konsep pembekalan ini terinspirasi dari The Military Way. Meski bernuansa militer, kata dia, tujuan utamanya bukan untuk menjadikan peserta berpikir secara militeristik, melainkan menanamkan disiplin dan kesetiaan.

"Inti dari semua ini adalah kedisiplinan" kata Prabowo. 

Ia menekankan kedisiplinan dan kesetiaan itu bukan ditujukan kepadanya, "tetapi kepada bangsa dan negara Indonesia."

Prabowo tidak asal memilih Magelang untuk melakukan acara pembekalan. Menurutnya, tempat itu  mencerminkan tradisi keberanian, heroisme, dan cinta tanah air, nilai-nilai yang sejalan dengan semangat Kabinet Merah Putih.

"Magelang adalah sentra perlawanan terhadap penjajah," kata Prabowo, menegaskan tempat itu dikenal karena   perjuangannya Pangeran Diponegoro.

Hal itu dibenarkan oleh Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi. Hasan menjelaskan, Magelang dipilih karena tempat itu memiliki nilai historis sebagai pusat perlawanan terhadap penjajah.

Semangat perjuangan yang terpancar dari tempat ini, kata dia, diharapkan menginspirasi para menteri dan pejabat dalam menjalankan tugas-tugas mereka.

Sementara itu, pengamat militer sekaligus peneliti senior dari Marapi Consulting, Beni Sukadis mengatakan, pembekalan Kabinet Merah Putih di Akmil Lembah Tidar, Magelang, dengan penggunaan seragam loreng ala militer menunjukkan nuansa yang erat dengan tradisi militer.

Menurut dia, pendekatan ini mencerminkan gaya kepemimpinan Prabowo Subianto, yang berasal dari latar belakang militer. 

Pola serupa terlihat jelas dalam struktur Partai Gerindra, di mana penggunaan seragam dan keberadaan milisi merupakan bagian dari identitas partai yang ia pimpin.

"Di Partai Gerindra kan jelas, semua dikasih seragam. Ada milisinya. Pak Prabowo memang selalu begitu," pungkas Beni.

Namun begitu, Beni menilai pembekalan tersebut belum tentu mampu menciptakan soliditas di dalam Kabinet Merah Putih. 

Keraguan ini muncul karena para menteri dan wakil menteri berasal dari latar belakang yang beragam, dan tidak semuanya memiliki pengalaman atau kedekatan dengan dunia militer.

Dengan perbedaan tersebut, menyatukan mereka melalui metode pembekalan bergaya militer mungkin tidak semudah yang dibayangkan. 

Beni juga memperkirakan bahwa soliditas kabinet bisa menjadi tantangan dalam waktu setahun pertama, sehingga tidak menutup kemungkinan Prabowo akan melakukan evaluasi lebih lanjut untuk memastikan keselarasan di antara para pembantunya.

Khairul Fahmi, pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), juga melihat bahwa pendekatan yang digunakan dalam pembekalan Kabinet Merah Putih dipengaruhi oleh latar belakang Prabowo sebagai mantan prajurit TNI. 

Gaya kepemimpinan tersebut terlihat dalam metode yang digunakan, yang mirip dengan konsep team building yang biasa diterapkan oleh berbagai organisasi dan perusahaan untuk membangun kekompakan dan kerja sama tim. 

Hal ini, kata dia, menunjukkan fokus Prabowo adalah menciptakan kedisiplinan dan sinergi di antara para menterinya, agar mereka bisa bekerja selaras dalam menjalankan tugas pemerintahan.

Karena itu, ia menolak hal itu dikaitkan dengan militerisme dari pemerintahan sipil, "saya kira Pak Prabowo tidak berniat membawa doktrin militerisme."

Pendapat berbeda disampaikan oleh Al Araf, pengamat militer dan dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

Menurutnya, pembekalan di Akmil Magelang merupakan indikasi adanya pola militerisme dan militerisasi dalam pemerintahan. Ia melihat dua hal utama sebagai penanda. 

Pertama, pelatihan di lingkungan akademi militer, menurutnya tidak relevan bagi para menteri dan lebih tepat dilakukan melalui Lemhannas, lembaga yang fokus pada pengembangan pemimpin sipil dan perumus kebijakan.

Karena itu, pembekalan di Akmil Magelang, katanya, "merupakan simbol yang lebih mengedepankan pola-pola militerisme dalam penataan penyelenggaraan pemerintah."

Kedua, Al Araf menyoroti pengangkatan Mayor Teddy Indra Wijaya, seorang perwira aktif TNI, sebagai Sekretaris Kabinet. 

Ia menilai keputusan ini bertentangan dengan UU TNI Nomor 34 Tahun 2004, karena aturan tersebut tidak memperbolehkan jabatan sekretaris kabinet diisi oleh anggota militer aktif. 

Menurutnya, langkah-langkah ini di awal pemerintahan menunjukkan bahwa pola-pola militerisme mulai diterapkan dalam tata kelola pemerintahan Prabowo.

Untuk diketahui, pembekalan di Akmil Magelang merupakan lanjutan dari kegiatan serupa yang sebelumnya digelar di Hambalang. Saat itu, Prabowo telah memberikan arahan intensif selama dua hari kepada para menterinya.

Di Hambalang, para menteri menerima berbagai materi, mulai dari cara berinteraksi dengan jurnalis, isu-isu geopolitik, prinsip-prinsip kenegaraan, hingga kepemimpinan. Ada juga pembahasan khusus mengenai produk domestik bruto (PDB) sebagai salah satu indikator penting ekonomi nasional.

Menurut Hasan Nasbi, dalam arahannya saat itu, Prabowo menekankan pentingnya persatuan di antara para anggota kabinet. Ia, kata Hasan, berharap mereka dapat bekerja bersama sebagai super team yang solid untuk menjalankan pemerintahan secara efektif dan mencapai tujuan bersama.

Editor: Gregorius Agung
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS