PARBOABOA, Jakarta – Isu politisasi tempat ibadah seperti yang terjadi pada Pilkada DKI Jakarta 2017 silam, kini mencuat ke permukaan.
Kabar kemunculan satu eksemplar tabloid Anies Baswedan di sebuah masjid di Kota Malang menjadi perbincangan warganet di sosial media.
Tabloid itu setebal 12 halaman dengan halaman depan memuat foto Anies dan headline berjudul ‘Mengapa Harus Anies’.
Aktivis sosial media Eko Kunthadi menyebut bahwa kabar mengenai beredarnya tabloid Anies Baswedan bukanlah hal yang mengherankan lantaran berkaca pada sepak terjang Anies dalam Pilkada DKI Jakarta sebelumnya.
Kendati demikian, Eko juga mengakui bahwa mempromosikan diri di luar masa kampanye tidaklah salah.
“Ada informasi tentang pak Anies, dan pak Anies adalah capres dan informasi (tabloid) itu ditemukan di mesjid. Ya ga terlalu heran. Berkaca pada pengalaman pilkada kan terkonfirmasi. Jadi, bagi saya ini bukan berita yang heboh-heboh banget. Biasa saja,” kata Eko dikutip Parboaboa.com dari tayangan YouTube Dua Sisi tvOne bertajuk Siap Nyapres, Siapa Berminat “Meminang” Anies?, Jumat (23/09/2022).
Kendati demikian, Eko menilai tindakan tersebut tidak etik lantaran menggunakan tempat ibadah sebagai sarana mempromosikan diri.
“Secara hukum ga masalah karena belum masa kampanye. Tetapi secara etik kan ini tempat ibadah, gitu lho,” ucapnya.
Eko menyebut bahwa track record Anies memang seperti itu, yakni menggunakan sarana ibadah untuk mengkomunikasikan soal politik dan sebagainya.
Lebih lanjut, Eko juga menyoroti lokasi peredaran tabloid yang berisi keberhasilan Anies di Jakarta tersebut.
Ia mengatakan, bahwa salah satu upaya mempromosikan Anies Baswedan lewat tabloid yang disebarkan di Malang merupakan tindakan yang lucu.
“Kalau informasi soal keberhasilan Jakarta di Jakarta, terkonfirmasi. (Tapi) Informasi soal keberhasilan Jakarta di Malang, trus kemudian ini bukan sarana kampanye (diri), orang juga akan bertanya. Lucu, gitu lho,” tuturnya.
Eko menduga bahwa beredarnya tabloid Anies di Malang merupakan promosi diri meskipun belum sampai pada titik kampanye.
“Ini promosi, promosi menuju kesiapan dicapreskan,” lanjutnya.
Di saat yang bersamaan, Eko mengakui bahwa sah-sah saja mempromosikan diri sebelum Pemilu 2024 mendatang. Akan tetapi, ia menitikberatkan pada lokasi promosi politik di tempat ibadah sangat tidak etik.
Teka-teki Dalang di Balik Tabloid Anies
Hingga kini, sosok di balik kemunculan tabloid Anies Baswedan di sebuah masjid di Kota Malang masih menjadi teka-teki.
Relawan Anies Baswedan ABDI Rakyat, Galih Aji Prasongko, menjamin bahwa relawan Gubernur DKI Jakarta tidak melakukan tindakan tersebut.
“Saya mewakili relawan Anies yang lain, menjamin tidak. Kenapa tidak? Karena fokus kami belum sampai ke tahapan mendistribusikan materi-materi kampanye,” ucapnya.
Galih mengatakan, bahwa fokus para relawan Anies saat ini adalah mengonsolidasikan semua simpul-simpul relawan di seluruh Indonesia, terutama di Jakarta, untuk mengawal Anies Baswedan hingga selesai dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 16 Oktober mendatang.
Setelah itu, kata Galih, para relawan akan mendeklarasikan awal gerakan Anies Baswedan sampai menuju presiden di 2024.
Wali Kota Malang Geram
Sebelumnya, Wali Kota Malang Sutiaji melarang peredaran sebuah tabloid berisi kesuksesan Anies Baswedan di Masjid Al Amin lantaran geram rumah ibadah tersebut dijadikan sasaran kepentingan politis.
"Jangan membawa dan menarik-narik urusan berbau politik ke tempat ibadah. Walaupun domainnya itu domainnya ibadah masing-masing," kata Sutiaji merespons peredaran tabloid tersebut, Senin (19/9), dikutip dari detikcom.
Ia mengaku akan mengeluarkan edaran kepada Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Malang agar kejadian serupa tak terulang kembali. Surat edaran itu diharapkan bisa mengantisipasi upaya kampanye di tempat ibadah.
"Saya akan memberikan anjuran untuk DMI (Dewan Masjid Indonesia). Akan saya suruh buat selebaran, surat edaran ya, supaya tidak terjadi kontraproduktif. Jadi ini tempat ibadah jangan sampai dibuat untuk kampanye atau sebagainya," katanya.