parboaboa

Kasus Demam Berdarah Memakan Korban Jiwa di Simalungun 

Jeff Gultom | Daerah | 10-06-2024

Ilustrasi nyamuk Aedes Aegypti (Sumber : website kementerian kesehatan Republik Indonesia)

PARBOABOA – Simalungun, Kasus Demam Berdarah (DBD) di tanah air masih menjadi masalah klasik dari tahun ke tahun.

Di Kabupaten Simalungun misalnya, di penghujung semester pertama tahun 2024, tercatat ada 3 orang meninggal karena DBD.

Kasus ini tersebar di beberapa kecamatan, termasuk Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kecamatan Siantar, dan Kecamatan Dolok Batu Nanggar.

Staf Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Fitriani, membenarkan kejadian tersebut.

Bahkan dia mengatakan bahwa terjadi peningkatan suspek DBD hingga bulan mei tahun 2024 ini.

Menurut data yang dihimpun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, total terdapat 560 suspek DBD yang terdeteksi sejak minggu pertama hingga minggu ke-22 tahun ini.

Terjadi lonjakan kasus yang signifikan terutama pada bulan terakhir ini.

“Ada 11 kasus pada minggu ke-19, 29 kasus pada minggu ke-20, 15 kasus pada minggu ke-21, dan meningkat tajam menjadi 35 kasus pada minggu ke-22,” ucapnya kepada PARBOABOA, Senin (10/06/2024).

Sementara itu, Administrator Kesehatan P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, Hamonangan Nahampun, mengungkapkan, terdapat beberapa kecamatan dengan jumlah kasus positif DBD yang cukup tinggi.

“Kecamatan Tanah Jawa mencatat 36 kasus, Kecamatan Siantar sebanyak 29 kasus, dan Kecamatan Jorlang Hataran dengan 19 kasus,” ungkapnya kepada PARBOABOA, Senin (10/06/2024).

Peningkatan jumlah kasus ini sangat mengkhawatirkan, “terutama di tengah musim pancaroba yang bisa meningkatkan populasi nyamuk Aedes aegypti, penyebab DBD," tambahnya.

Langkah-Langkah Pencegahan DBD

Hamonangan pun menguraikan beberapa langkah pencegahan penyebaran DBD yang sudah dilakukan. Seperti pemberantasan sarang nyamuk (PSN), abatisasi dan fogging (pengasapan).

Ia menjelaskan bahwa Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan untuk memberantas sarang nyamuk secara serentak di desa-desa yang mengalami kasus kematian.

“Siklus hidup nyamuk dari jentik ke nyamuk itu satu minggu, jadi dilakukan PSN agar jentik ini tidak menjadi nyamuk lalu kita lakukan gotong royong kembali untuk pemberantasan nyamuk bertelur itu di minggu depannya. Jadi fokus pencegahan DBD adalah PSN dengan gotong royong serentak,” ungkapnya.

Kemudian dia menambahkan ada upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

Diantaranya abatisasi, yaitu pemberian serbuk abate pada tempat-tempat yang tergenang air, seperti bak mandi, jambangan bunga, dan lainnya.

Tujuannya, untuk membunuh jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti dan mencegah terjadinya wabah DBD pada air yang tidak bisa dikuras.

Selain itu, dilakukan fogging untuk membunuh nyamuk dewasa.

Pengawasan dan Imbauan dari Pemerintah

Untuk memastikan upaya pencegahan secara efektif, Hamonangan mengungkapkan bahwa Bupati Simalungun telah mengeluarkan surat himbauan yang berisi tentang pemberantasan sarang nyamuk dilakukan sekali seminggu.

Ia juga berharap kepada masyarakat untuk tetap melakukan pengawasan di rumah masing-masing.

“Puskesmas, sebagai UPTD dari Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, akan melakukan survei jentik di wilayah kerja masing-masing, baik di dalam rumah untuk jentik DBD maupun di luar rumah untuk jentik malaria,,” ungkapnya.

Meskipun hingga saat ini tambahnya, belum ada kasus malaria, pengawasan tetap dilakukan sebagai langkah antisipasi

Lebih lanjut dia menjelaskan, UPTD bertugas meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat.

Setiap ada kasus DBD, sambungnya, tim kesehatan akan melakukan Penyelidikan Epidemiologi di rumah penderita untuk mengetahui sumber penularan dan mencegah penyebaran lebih lanjut.

Gejala dan Penanganan DBD

Menurut Hamonangan, DBD dapat menyebabkan kematian jika penanganan terlambat. Gejala umum DBD adalah demam berulang.

Dia menjelaskan, biasanya pada hari pertama hingga kedua penderita mengalami demam tinggi, yang kemudian turun pada hari ketiga hingga keempat.

Meskipun ini merupakan hal yang sering membuat banyak masyarakat tertipu.

“Banyak masyarakat yang menganggap penurunan demam ini sebagai tanda sembuh, padahal ini merupakan fase kritis. Jika tidak ditangani, pada hari kelima hingga ketujuh trombosit penderita bisa turun drastis yang nantinya dapat menyebabkan kematian,” tambahnya.

Dia menambahkan, untuk memastikan diagnosis DBD, Puskesmas di Simalungun telah dilengkapi dengan Rapid Diagnostic Test (RDT) dengue.

“Dengan adanya RDT, jika ada dua gejala yang mengarah ke DBD, pemeriksaan bisa dilakukan segera dan jika hasilnya positif, pasien akan langsung dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif,” tambahnya.

Berdasarkan data dari Hamonangan, hingga saat ini, Kabupaten Simalungun telah menerima hibah sekitar 500 RDT dari provinsi, yang didistribusikan ke 46 puskesmas di wilayah tersebut.

Editor : Norben Syukur

Tag : #Kasusu Demam Berdarah    #DBD    #Daerah    #DBD Simalunggun    #Korban DBD Simalunggun   

BACA JUGA

BERITA TERBARU