PARBOABOA, Jakarta - Topan Michaung yang melanda pantai selatan India awal pekan ini, menewaskan 13 orang di negara bagian Andhra Pradesh.
Departemen Meteorologi India, melalui media X menyampaikan, badai dengan kecepatan angin hingga 100 km/jam (62mph), mencapai pantai Andhra Pradesh, Selasa (5/12/2023).
Dari 13 orang korban, 1 diantaranya merupakan anak laki-laki berusia 4 tahun. Ia tewas setelah kepalanya terbentur pada tembok yang runtuh.
Selain korban meninggal, cuaca ektrem ini juga menyebabkan warga kesulitan mengakses kebutuhan dasar karena air masih menggenang di dalam rumah dan di jalan-jalan di dalam kota.
Penerbangan dan layanan Kereta Api yang dibatalkan keberangkatannya, memperparah situasi sulit penduduk setempat.
Dampak ekonomi dari banjir diperkirakan akan parah karena produksi di beberapa perusahaan terganggu termasuk pemasok Apple, Foxconn.
Dikutip dari BBC News, sekitar 9.500 warga Andhra Pradesh saat ini tengah dievakuasi ke 211 kam bantuan.
Sementara itu, pihak berwenang tengah berupaya keras meredam banjir di rumah warga dan di jalan menggunakan peralatan pompa air, untuk memastikan kendaraan dapat bergerak dan membantu masyarakat yang terdampak.
Radhakrishnan, komisaris Greater Chennai Corporation, mengatakan hingga Rabu malam (6/12/2023) air banjir telah surut di tiga perempat wilayah kota.
Ia mengatakan, situasi darurat sedang diatasi oleh pihak berwenang setempat dengan upaya maksimal untuk pemulihan dan penyelamatan lebih lanjut.
Kritik Para Aktivis
Banjir di Andhra Pradesh yang menyebabkan korban nyawa dan kerugian materil mendapat kritikan aktivis dan para pakar India.
David Manahor, aktivis yang mempelajari banjir perkotaan mengatakan, rumah-rumah terendam banjir setiap kali hujan deras dikarenakan bangunan-bangunan tersebut dibangun di daerah resapan danau dan kolam yang berawa.
Dengan kondisi ini, David menyarankan agar keberlanjutan pembangunan di daerah rawan banjir harus dievaluasi bila perlu dihentikan.
Ia mengatakan, dengan penduduk yang terus bertambah dan lahan yang semakin terbatas, tantangan bagi pihak berwenang adalah menciptakan kebijakan perencanaan yang lebih cerdas dan berkelanjutan.
Menurutnya faktor ini menjadi kunci dalam meminimalkan dampak banjir dan melindungi warga dari risiko yang dapat dihindari.
Pendapat senada juga disampaikan oleh Raj Bhagat P, seorang pakar geo-analitik. Ia mengatakan, meskipun sistem drainase air hujan yang lebih baik dapat membendung banjir, hal itu tidak akan memberikan solusi signifikan selama terjadi hujan deras.
Sebagai respons terhadap permasalahan ini, ia menyarankan penting bagi pemerintah setempat untuk bekerja sama dengan para ahli, aktivis, dan pemangku kepentingan lainnya guna mengembangkan strategi penanganan banjir yang holistik dan berkelanjutan.
Upaya ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih aman dan tahan terhadap ancaman cuaca ekstrem.