PARBOABOA, Pematang Siantar - Dua kecamatan di Pematang Siantar rawan longsor. Kondisi topografi yang berbukit-bukit pemicu terjadinya bencana alam geologi. Ada dua rumah rusak karena tanahnya amblas dengan kerugian mencapai ratusan juta rupiah.
Longsor terjadi di Kelurahan Bah Kapul Kecamatan Siantar Sitalasari, dua rumah alami kerusakan berat, tiga rumah alami kerusakan ringan dan satu unit mobil hancur.
Salah satu warga yang menjadi korban, Damanik mengatakan, longsor terjadi pada Jumat, (28/10) sekitar pukul 21.30 Wib, saat hujan deras. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang sangat keras. Saat dicek, teras rumahnya sudah hancur.
“Saya baru pulang kerja saat itu dan terkejut ada suara. Saya lihat ternyata longsor,” jelasnya, Selasa, (01/11).
Damanik menghitung, nilai kerugian yang dia tanggung sekitar Rp20 juta. “Tetangga saya mobilnya sampai rusak, itu bisa ratusan juta ruginya,” ucapnya.
Purba, kerabat Damanik menambahkan, evakuasi longsor yang dilakukan pemerintah dinilai lambat. Laporan sudah dilakukan sejak hari kejadian melalui sambungan telepon hingga mendatangi dinas terkait, namun alat berat baru didatangkan, Selasa, (01/11).
“Tapi tidak dapat respon yang baik. Kami sudah ke dinas BPBD, PUPR, bahkan sampai ke kantor Walikota dan kantor DPR,” ucap Purba.
Purba juga mengeluhkan petugas yang bekerja untuk menangani bencana tersebut, mereka hanya datang untuk observasi dan mengoperasionalkan alat berat paling lama dua jam.
“Hari Sabtu mereka datang hanya untuk observasi, hari Minggu mereka hanya bekerja selama dua jam, Senin juga begitu, baru hari inilah Selasa mereka benar-benar bekerja sampai membawa beberapa alat berat dan truk untuk mengangkut tanah,” ucap Purba.
Lurah di Kelurahan Bah Kapul, Kecamatan Sitalasari, Jaya Kusuma saat dikonfirmasi mengatakan, pihak kelurahan sudah menyurati dinas terkait yakni Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk menanggulami bencana tersebut.
“Kami dari pihak kelurahan sudah menyurati BPBD untuk bencana ini, sekarang tergantung OPD terkait lah yang bertanggung jawah penuh, kami hanya menuruti perintah saja,” ucap Jaya.
Ia mengatakan bahwa kepala dinas BPBD dan sekretarisnya sudah datang dan melakukan observasi, namun belum mengetahui kepastian kapan perbaikan tanggul yang ambruk tersebut.
Dua Kecamatan Rawan Longsor
Dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kota Pematang Siantar mencatat ada dua daerah di Pematang Siantar rawan longsor, yakni di Kecamatan Martoba, Sitalasari Barat, Sitalasari Utara.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD, Robert Samosir mengatakan, daerah-daerah yang rawan longsor berpotensi terjadi saat curah hujan tinggi dan berada di kawasan dengan struktur tanah yang berbukit-bukit.
“Kecamatan Martoba, Sitalasari Barat dan Utara rawan longsor,” ucap Robert.
Robert mencatat, sepanjang Oktober 2022 sudah terjadi dua bencana alam longsor di kecamatan yang sama. Pertama di wilayah Tojai Baru, Kecamatan Sitalasari dan yang baru ini di Jalan Viyata Yudha.
Ketika ditanya tim Parboaboa mengenai keluhan warga yang menilai kinerja dinas terkait sangat lambat dalam menangani bencana, Robert mengatakan bahwa diperlukan langkah yang tepat untuk menanggulangi bencana agar tidak terjadi serupa lainnya.
“Kami bukan lambat ya, kami hanya perlu sedikit berhati-hati agar tidak ada pihak yang dirugikan. Karena kondisi lahan yang juga tidak memungkinkan untuk menggunakan banyak alat berat,” ucap Robert.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Pekerjaan Rakyat (PUPR) pematang Siantar, Dedy Setiawan yang sedang berada di lokasi bencana mengatakan, dirinya menerima telepon langsung dari sekretaris daerah untuk meninjau lokasi bencana tersebut.
“Saya diperintahkan untuk datang meninjau lokasi bencana ini. Secepat mungkin langsung saya menuju ke sini dan melihatnya langsung,” ucap Dedy.
Ia mengatakan bahwa Dinas PUPR akan bekerja sama dengan BPBD dalam penanggulangan bencana tersebut.
“Kami akan bekerja sama dengan BPBD terkait masalah ini, agar evakuasi bencana cepat teratasi dan tidak ada lagi masyarakat mengeluh kepada Pemerintahan,” ucapnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sepanjang 2021, tanah longsor berada di peringkat ketiga sebagai bencana paling banyak terjadi di Indonesia yakni mencapai 1.321 kejadian, di mana peringkat pertama adalah banjir 1.794 kejadian dan cuaca ekstrim 1.577 kejadian.
Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menjelaskan, becana tanah longsor seringkali dipicu karena kombinasi dari curah hujan yang tinggi, lereng terjal, tanah yang kurang padat serta tebal, menyebabkan terjadinya pengikisan, berkurangnya tutupan vegetasi dan getaran.
Dijelaskannya, bencana longsor biasanya terjadi begitu cepat sehingga menyebabkan terbatasnya waktu untuk melakukan evkuasi mandiri. Material longsor menimbun apa saja yang berada di jalur longsor.