PARBOABOA, Jakarta - Seorang Pejabat Amerika Serikat Menuding Israel sebagai dalang atas serangan yang terjadi terhadap industri militer Kementerian Pertahanan Iran, pada Senin (30/01/2023). Pejabat yang enggan disebut namanya itu menjelaskan, kepada wartawan bahwa Israel kemungkinan terlibat dalam serangan di pusat kota Isfasan, Iran.
Diketahui informasi itu, dari beberapa sumber anomi yang mengatakan kepada 'The Wall Street Journa', bahwa Israel terlibat dalam serangan tersebut. Walaupun begitu, juru bicara Pentagon AS Brigadir Jendral Patrick Ryder tak berkomentar apapun, ia hanya menerangkan pasukan AS tak terlibat dalam serangan di Iran itu. Namun, juru bicara militer Israel juga menolak berkomentar. Meskipun, Israel selama ini menegaskan pihaknya bersedia menyerang Iran ketika diplomasi mereka gagal menghentikan nuklir maupun rudal Teheran.
Sebelumnya, serangan drone terjadi di pusat kota Isfasan, Iran pada Minggu (29/01/2023) tengah malam waktu setempat. Namun Iran mengklain berhasil mencegat drone tersebut dan menyatakan tak ada laporan korban jiwa maupun kerusakan serius akibat serangan itu. Kementerian Iran mengatakan serangan itu terjadi sekitar pukul 10.30 malam waktu setempat. Pabrik militer iran tersebut yang jadi sasaran serangan drone berada sekitar 440 kilometer (270 mil) selatan Kota Teheran.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan serangan "pengecut" tersebut bertujuan untuk menciptakan "ketidakamanan" di Iran. Terkait hal ini, anggota parlemen Teheran, Hossein Mirzaie, menjelaskan ada "spekulasi kuat" bahwa Israel berada di balik serangan tersebut.
Serangan itu terjadi di tengah konflik antara Iran dan Barat atas nuklir Teheran serta pasolam senjata pesawat nirawak mereke ke Rusia. Apabila benar Israel yang berada di balik serangan, maka ini akan menjadi yang pertama terjadi di bawah pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sejak dia kembali memimpin bulan lalu.
Selain itu, Israel pernah juga meluncurkan sejumlah sabotase terhadap Iran termasuk pembunuhan dua ilmuwan nuklir Teheran pada 2021 lalu.