PARBOABOA, Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto meminta pemerintah menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi, karena nilai tukar rupiah dan harga minyak mentah (crude oil) yang telah turun.
Dilansir dari keterangan resmi di laman Parlementaria, Mulyanto memaparkan, dalam Sidang Paripurna DPR RI yang digelar pada Jumat (19/5/2023) lalu, pemerintah menyampaikan asumsi makro RAPBN 2024 dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar diusulkan sebesar Rp14.700-15.300. Sementara harga minyak mentah diasumsikan sebesar USD75-85 per barel.
Padahal tahun lalu, saat pemerintah menaikkan harga BBM, nilai tukar rupiah mencapai Rp15.500 per dolar AS dan harga minyak mentah dunia lebih dari USD110 per barel.
Hal ini kemudian membuat beban anggaran untuk subsidi BBM di tahun 2024 ini akan berkurang. Sehingga, selisih anggaran tersebut menurutnya dapat dimanfaatkan untuk menurunkan BBM, baik untuk solar maupun pertalite.
“Sudah selayaknya harga BBM bersubsidi turun sekarang,” ucapnya, dikutip Selasa (23/05/2023).
Dalam kesempatan yang sama, selain menyoroti penurunan harga BBM, Mulyanto juga juga mendesak pemerintah segera menerapkan pembatasan distribusi BBM bersubsidi agar tepat sasaran, agar mobil mewah tidak menggunakan BBM bersubsidi.
Dia pun meminta agar selisih anggaran yang disebutkannya di atas, tidak digunakan untuk mensubsidi mobil listrik. Dia mengingatkan, subsidi selayaknya diberikan kepada mereka yang kurang mampu agar meningkatkan daya beli mereka. Bukan malah diberikan kepada orang kaya yang punya daya beli tinggi.
Masyarakat yang bekerja di sektor informal, menurut Mulyanto menjadi kelompok masyarakat yang paling membutuhkan bantuan untuk dapat bangkit memperbaiki kondisi ekonominya.
“Kita menolak subsidi untuk membeli barang mewah untuk orang kaya, apalagi untuk kendaraan perorangan milik pribadi, bukan transportasi publik,” tegasnya.