PARBOABOA, Jakarta - Massa buruh bakal menggelar unjuk rasa guna menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di depan Gedung DPR RI hari ini, Selasa (6/9) pukul 10.00 WIB.
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) sekaligus Presiden Partai Buruh Said Iqbal mengatakan, aksi ini akan diikuti 3.000 sampai 5.000 peserta yang berasal dari Jabodetabek.
"Aksi ini akan diikuti puluhan ribu buruh, untuk di DPR RI massa aksi berjumlah hampir 5.000 buruh. Massa aksi pada 6 September akan berunjuk rasa di DPR RI, dan ribuan buruh lain di kantor gubernur masing-masing," ungkap Said dalam konferensi pers, Selasa (30/8).
Selain di Jakarta, aksi unjuk rasa tolak rencana kenaikan harga BBM subsidi ini juga akan dilakukan di Sumatera, Aceh, Batam, Lampung, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Gorontalo, hingga Papua.
"Secara umum ada 34 provinsi yang akan lakukan unjuk rasa," imbuh Said.
Dalam unjuk rasa ini, terdapat empat alasan buruh melakukan menolak kenaikan harga BBM. Pertama, kenaikan harga BBM akan berdampak pada turunnya daya beli masyarakat.
"Kenaikan harga BBM yang disebut-sebut 30 persen khususnya pertalite menjadi Rp10 ribu akan mengakibatkan daya beli buruh dan masyarakat kecil turun drastis," tutur Said.
Kedua, buruh menuntut agar pemerintah jangan membandingkan harga BBM dengan negara lain yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi dibandingkan Indonesia.
Ketiga, buruh meminta pemerintah meninjau kembali berapa sebenarnya pemakai pertalite dan solar subsidi selama ini. Sebab, berdasarkan survei KSPI, pengguna pertalite adalah masyarakat kelas menengah bawah.
Keempat, kenaikan harga BBM akan berpotensi meningkatkan ongkos transportasi umum berpotensi hingga 40 persen. Hal itu tentu akan berdampak pada nelayan, petani, dan masyarakat kelas menengah bawah.
Said menambahkan, buruh juga akan menolak pengesahan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja dan menuntut kenaikan upah buruh sebesar 10 persen sampai 13 persen dalam aksi unjuk rasa awal bulan depan.
"Ada tiga isu yang akan diangkat dalam aksi pada 6 September serempak di 34 provinsi," tutup Said.
Di lain sisi, Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) juga mengundang mahasiswa untuk menggelar aksi serentak mulai hari ini hingga 10 September 2022 di seluruh wilayah Indonesia.
"Dengan melihat kebijakan pemerintah yang semakin jauh dari keberpihakannya kepada rakyat, maka kita akan kembali penuhi jalan dan persimpangan. Kita akan melihat kembali pergerakan mahasiswa pada ruang-ruang perjuangan di masyarakat. Bergerak dan menyadarkan posisi mahasiswa di setiap fragmen perubahan," tulis Koordinator Media BEM SI 2022 Arif Maulana dalam keterangannya di Instagram @bem_si.