PARBOABOA, Jakarta – Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono mengungkapkan bahwa perekonomian Indonesia masih berada di level yang relatif baik.
Menurutnya, hal tersebut merujuk pada hasil laporan Dana Moneter Internasional (IMF) terkait World Economic Outlook untuk 2022 dan 2023.
"IMF menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan sebesar 5,3 persen pada 2022, dan turun menjadi 5,0 persen pada 2023," ujar Edy dilansir dari siaran pers KSP, Rabu (19/10).
"Angka ini masih lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN secara keseluruhan, yang diproyeksikan berada di angka 4,9 persen pada 2023," tambahnya.
IMF juga mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 juga diproyeksikan lebih baik dibandingkan beberapa negara G20, yakni Amerika Serikat dengan pertumbuhan sebsar 1,6 persen, jerman 1,5 persen, jepang 1,7 persen, Inggris 3,6 persen, Brasil 2,8 persen, dan Meksiko 2,1 persen.
"Mencermati laporan IMF, perekonomian Indonesia masih berada di level yang relatif baik. Bahkan, IMF menyebut Indonesia akan menjadi titik terang saat perekonomian global gelap," jelas Edy.
Namun begitu, Edy mengatakan pemerintah terus menerapkan berbagai kebijakan yang dapat menjaga perekonomian dari imbas risiko global. Dari sisi kebijakan fiskal, pemerintah telah menyalurkan bantuan seperti Bantuan Subsidi Upah (BSU), Bantuan Langsung Tunai (BLT) bahan bakar minyak (BBM) dan Dana Tranfer Umum.
Selain itu, pemerintah juga meneruskan dukungan bantuan sosial yang ada, seperti program keluarga harapan, bantuan pangan non tunai yang didukung konvergensi program bantuan sosial, serta pembenahan data penerima bantuan sosial.
"Kebijakan ini untuk menanggulangi dampak inflasi di Indonesia," terang Edy.
Sedangkan dari sisi moneter, Bank Indonesia melakukan peningkatan suku bunga acuan dan beragam instrumen pengendalian nilai tukar rupiah.
"Saat ini juga disiapkan berbagai kebijakan di lembaga jasa keuangan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," tutur Edy.
Seperti diketahui, laporan World Economic Outlook untuk 2022 dan 2023, IMF sempat mengingatkan bahwa perekonomian global akan mengalami tantangan berat. Inflasi yang diramal lebih tinggi dalam beberapa dekade terakhir, akan menyebabkan pengetatan keuangan di banyak negara.
Selain itu, IMF juga mengingatkan terkait konflik Rusia-Ukraina dan pandemi Covid-19 yang tidak dapat diprediksi kapan berakhirnya, berpengaruh negatif terhadap outlook ekonomi global.
IMF turut memperkirakan pertumbuhan ekonomi global turun dari 6,0 persen pada 2021 menjadi 3,2 persen pada 2022, dan 2,7 persen pada 2023. Pertumbuhan ekonomi tersebut menjadi yang terendah sejak 2021. Kecuali saat krisis keuangan global dan puncak pandemi Covid-19.
Terakhir, terkait inflasi global, IMF memprediksi akan terjadi kenaikan dari 4,7 persen pada 2021, menjadi 8,8 persen pada 2022. Namun pada 2023, inflasi global diramal turun menjadi 6,5 persen.