PARBOABOA, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perkembangan inflasi diperkirakan sebesar 0,4 persen (mtm) sampai dengan minggu pertama Januari 2023. Hal itu sesuai dengan Survei Pemantauan Harga pada Minggu 1 Januari 2023.
Direktur Ekskutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengungkapkan, Komoditas utama penyumbang inflasi Januari 2023 sampai dengan minggu pertama yakni cabai rawit 0,08 persen (mtm), cabai merah 0,06 persen (mtm), bawang merah 0,04 persen (mtm).
Selanjutnya beras sebesar 0,03 persen (mtm), daging ayam ras, emas perhiasan, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm) serta tahu mentah, bawang putih, dan tarif air minum PAM masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm) menyumbang inflasi.
"Sementara itu, sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yaitu bensin 0,06 persen (mtm), telur ayam ras 0,02 persen (mtm) dan angkutan udara 0,01 persen (mtm)," ujar Erwin dalam keterangannya, pada Sabtu (07/01/2023).
Erwin menjelaskan, bahwa BI terus memperkuat koodinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.
Selain itu, Gubernur BI Perry Warjivo memperkirakan inflasi pada tahun 2023 diarahkan kembali ke sasaran 3 plus minus 1 persen (yoy) dengan inflasi inti kembali ke bawah 4 persen (yoy) pada semester I 2023.
“Pada 2024 tentunya akan lebih turun lagi ke dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen. Ini hasil koordinasi erat antara subsidi energi pemerintah, kenaikan suku bunga BI yang terukur, stabilitas nilai tukar rupiah, dan koordinasi tim pengendali inflasi,” imbuh Perry Warjiyo dalam webinar Proyeksi Ekonomi Indonesia di Jakarta, Senin (05/01/2023).
Kemudian, inflasi umum maupun inflasi inti diperkirakan akan mengalami kenaikan yang lebih rendah dari consensus forecast “Inflasi inti 3,3 persen masih akan cenderung naik, kami perkirakan di akhir tahun akan mencapai 3,5 persen dan juga akan meningkat karena ada lag effect (efek tunda) kurang lebih 3,7 persen pada bulan Februari dan Maret 2023," pungkas dia dalam Rapat Gubernur BI secara virtual, Kamis (17/11/2022).