PARBOABOA, Jakarta - UNESCO turut mensahkan Hikayat Aceh berjudul ‘Tiga manuskrip tentang kehidupan di Aceh, Indonesia pada abad ke-15-17’, sebagai salah satu sebagai Memory of the World (MoW) atau memori dunia pada sidang yang digelar Rabu (24/05/2023).
Dalam keterangan tertulis, UNESCO menjelaskan, Hikayat Aceh merupakan buku yang berisi sejarah adat abad ke-17 dari bekas kesultanan Aceh yang terletak di ujung utara pulau Sumatera, Indonesia.
Hikayat itu, kata UNESCO berisi banyak cerita tentang kehidupan dan adat istiadat di istana Aceh, hubungan dengan dunia luar (termasuk Portugal, Cina, dan Turki), persaingan internal, perang, dan agama (Islam).
Selain itu, hikayat yang ditulis dalam bahasa Melayu dalam aksara Arab itu turut mengisahkan dan memuji Sultan Iskandar Muda Aceh (1583-1636; memerintah 1607-1636; pahlawan nasional Indonesia sejak 1993).
“Ini adalah karya unik yang menggunakan gaya sastra Melayu tradisional dengan pengaruh Persia yang kaya, penuh dengan beragam informasi dan detail sejarah,” tulis UNESCO, dikutip Jumat (26/05/2023).
Hikayat Aceh adalah alat yang sangat diperlukan bagi semua yang tertarik dengan sejarah Aceh dan ciri-ciri politik, budaya, dan agamanya yang luar biasa.
Untuk diketahui, Hikayat Aceh hanya mempunyai tiga salinan. Dua diantaranya saat ini berada di Universitas Leiden Belanda, sedangkan satu salinan lainnya disimpan di Museum Nasional Indonesia. Perpustakaan Nasional
Untuk diketahui, UNESCO menetapkan 64 prasasti baru dalam Daftar Memori Dunia UNESCO. Dari Indonesia ada dua warisan yang diakui, yaitu Hikayat Aceh dan Pidato Presiden Pertama Indonesia Soekarno Hatta yang berjudul To Build the World a New (Membangun Dunia Kembali).
Dengan penambahan ini, maka saat ini suda ada 494 Memori Dunia yang diakui UNESCO.
Editor: Rini