PARBOABOA, Jakarta - Turki dan Israel akhirnya memutuskan untuk memulihkan hubungan diplomatik mereka dengan menerima kembali duta besar dari masing masing negara. Hal itu terjadi usai Perdana Menteri Israel Yair Lapid melakukan dialog dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Rabu (17/8).
"Diputuskan untuk kembali meningkatkan hubungan kedua negara menjadi hubungan diplomatik penuh dan mengembalikan duta besar dan konsul jenderal dari kedua negara," demikian pernyataan dari kantor PM Lapid seperti dilansir dari kantor berita AFP, Rabu (17/8).
"Pemulihan hubungan dengan Turki merupakan aset penting untuk stabilitas regional dan aset ekonomi yang sangat penting bagi masyarakat di Israel. Kami akan terus bertindak dan memperkuat status internasional Israel di dunia," lanjut Lapid.
Kedua petinggi negara tersebut juga sepakat untuk menerima kembali konsul jenderal masing-masing negara. Selama kunjungan penting oleh Presiden Israel Isaac Herzog ke Ankara, Turki pada bulan Maret lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan pertemuan itu menandai "titik balik dalam hubungan kami".
Pemerintah Israel tidak segera merinci kapan duta besarnya akan ditempatkan di Ankara. Cavusoglu membenarkan kabar tersebut dan mengatakan Turki akan terus membela hak-hak Palestina dan status Yerusalem melalui duta besarnya di Tel Aviv. Dia menambahkan akan segera menunjuk duta besar untuk ditugaskan di Israel.
Seperti diketahui, hubungan antara Turki dan Israel mulai rusak sejak tahun 2011, ketika Turki mengusir duta besar Israel setelah penyerangan kapal Mavi Marmara pada tahun 2010 yang membawa bantuan ke Gaza dan menewaskan 9 warga negara Turki.
Ketegangan kembali memanas pada 2018, dimana pasukan Israel membunuh sejumlah warga Palestina yang ambil bagian dalam protes Great March of Return di Gaza.
Para pengunjuk rasa menuntut penerapan hak kembali pengungsi dan diakhirinya pengepungan 11 tahun yang melumpuhkan di Gaza. Turki pun menarik semua diplomatnya dan memerintahkan utusan Israel keluar dari negara itu.