PARBOABOA, Jakarta - Kepala Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan, industri dan dunia usaha RI masih akan dililit berbagai tantangan di masa depan nanti.
Salah satunya, ia menyebut pada 2030 mendatang Indonesia bakal kekurangan 9 juta pekerja yang terampil di sektor Informasi Teknologi dan Komunikasi (TIK), mengingat masifnya digitalisasi yang tak terhindarkan.
"Di sisi lain kita punya kekurangan pekerja khususnya dalam bidang IT atau ICT karena dengan digitalisasi yang ada di Indonesia ini menjadi tantangan produktivitas yang ada," katanya pada Dialog HUT 83 Sinar Mas, Rabu (6/10).
Tak hanya itu, ia menyebut tantangan lain yang juga berasal dari sisi implementasi industri 4.0 masih rendah. Hingga kini, baru 21 persen manufaktur RI yang menggunakan teknologi 4.0 dalam skala besar.
Angka tersebut jauh ketinggalan dari negara-negara lainnya yang sudah berada di level 50 persen seperti China 56 persen, Amerika Serikat 53 persen, dan Singapura 50 persen.
Sedangkan dari sisi ekosistem, ia menyebut tantangan berasal dari efisiensi logistik. Saat ini, biaya ekspor RI masih rendah di peringkat 136 dunia dan nomor 46 soal infrastruktur logistik.
Selain itu, ia menambahkan bahwa masih perlu dilakukan perbaikan dari sisi akses keuangan. Ia mengatakan UMKM Indonesia yang mempekerjakan 97 persen tenaga kerja Indonesia masih terkendala akses pendanaan. Padahal, akses keuangan krusial dalam meningkatkan produktivitas UMKM.
"Masih ada kendala akses keuangan karena masih banyak yang informal," tutupnya.