PARBOABOA, Jakarta - Tim kajian dan pemugaran Situs Gunung Padang menemukan temuan mengejutkan: batuan besar berbentuk kolom yang selama ini menjadi bagian utama situs megalitikum di Cianjur, Jawa Barat, ternyata diduga kuat berasal dari luar kawasan situs.
Fakta baru ini membuka kembali perdebatan panjang tentang asal-usul situs purba yang disebut-sebut sebagai struktur megalitikum terbesar di Asia Tenggara.
Ketua Tim Kajian dan Pemugaran Situs Gunung Padang, Ali Akbar, mengungkapkan adanya potensi sumber batuan columnar joint di dua titik berbeda, yaitu Ciukir di selatan situs dan Pasir Pogor di bagian utara.
Menurut hasil survei, batuan di kedua lokasi tersebut memiliki bentuk dan ukuran yang sangat mirip dengan batuan berkolom di area inti Gunung Padang.
“Khusus temuan di Ciukir, potensinya jauh lebih besar,” jelas Ali kepada media.
Ia menambahkan, kajian akan dilanjutkan dengan analisis laboratorium untuk memastikan hubungan antara batuan di lokasi sumber dengan batuan penyusun situs.
Temuan ini memperkuat hipotesis bahwa Gunung Padang merupakan hasil karya manusia purba, bukan formasi alami akibat proses geologis.
Ali menjelaskan, batuan vulkanik berbentuk persegi lima sepanjang hingga 100 meter itu kemungkinan dibawa dari lokasi lain untuk digunakan sebagai bahan bangunan.
“Batuan dari aktivitas gunung api purba ini dipotong sesuai ukuran yang diinginkan, lalu disusun rapi menjadi anak tangga, pilar, pembatas dinding, dan teras di setiap sisi,” katanya.
Seiring berjalannya waktu, sebagian struktur batuan itu mengalami keruntuhan alami akibat cuaca dan pergeseran tanah.
Karena itu, tim kajian kini fokus pada pemugaran untuk menjaga keaslian dan keberlangsungan situs.
“Pemugaran merupakan bagian penting dari upaya pelindungan warisan budaya,” ujar Ali, yang juga merupakan arkeolog dari Universitas Indonesia.
Pekerjaan pemugaran ini dilakukan di bawah pengawasan Kementerian Kebudayaan dengan metode yang sangat hati-hati agar tidak merusak keaslian material.
Setiap batuan yang diperbaiki, kata Ali, harus diteliti terlebih dahulu posisi, tekstur, dan arah susunannya sebelum dikembalikan ke tempat semula.
Langkah tersebut menjadi kunci agar struktur asli tidak hilang dalam proses rekonstruksi.
Wisata Edukatif
Meskipun proses pemugaran masih berlangsung, Situs Gunung Padang tetap dibuka untuk umum dengan pengawasan ketat.
Para pengunjung masih diperbolehkan datang, tetapi hanya hingga batas zona aman yang telah ditetapkan.
Langkah ini dimaksudkan agar masyarakat dapat menyaksikan secara langsung bagaimana situs purba dilestarikan secara ilmiah dan profesional.
“Pemugaran dilakukan dengan prinsip kehati-hatian, untuk menjaga keaslian bentuk dan nilai sejarahnya,” ujar Ali dalam wawancara terpisah pada Minggu (12/10/2025).
Ia menegaskan, timnya kini tengah memperkuat lereng utama bukit guna mencegah potensi longsor yang dapat mengancam struktur kuno di kawasan tersebut.
Selain memperkuat struktur, tim juga berupaya merekonstruksi bentuk asli bangunan berdasarkan hasil penelitian terdahulu.
Diharapkan, kerja ilmiah ini tidak hanya mengungkap misteri peradaban prasejarah, tetapi juga memastikan situs tetap lestari bagi generasi mendatang.
Ali Akbar menambahkan, Situs Gunung Padang memiliki luas sekitar 30 hektar dengan diameter bangunan utama mencapai 100 meter, terletak di ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.
Luas dan kompleksitas situs menjadikan penelitian serta pemugaran membutuhkan waktu panjang dan tingkat ketelitian yang sangat tinggi.
Ia juga mengimbau para wisatawan untuk mematuhi seluruh rambu dan pembatas yang telah dipasang demi keamanan bersama.
“Setiap langkah di kawasan ini bukan hanya menyentuh batu, tetapi juga menyentuh sejarah panjang peradaban manusia Nusantara,” tuturnya.