PARBOABOA, Jakarta - Kabar buruk menimpa Eropa ketika data Produk domestik bruto (PDB) Jerman pada kuartal keempat 2023 mengalami kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.
Terhitung sejak kuartal sebelumnya, ekonomi Jerman terkontraksi sebesar 0,3%, dan kini, pada kuartal keempat, penurunan mencapai 0,2% secara tahunan. Dengan demikian, Jerman resmi memasuki jurang resesi.
Dikutip Reuters, aktivitas bisnis di Eropa mengalami kontraksi hingga mencapai level terendah sejak November 2020.
Adapun penurunan aktivitas ini tidak hanya terbatas pada sektor manufaktur dan jasa, melainkan juga mencakup kontraksi aktivitas sektor swasta yang pertama kali terjadi pada 2023.
Selain itu, pesanan baru juga mengalami penurunan terbesar sejak akhir 2020, menyebabkan perusahaan-perusahaan menyelesaikan pekerjaan luar biasa dengan laju tercepat dalam tiga tahun terakhir.
Dampak dari penurunan ini menciptakan prospek 12 bulan yang paling lemah sepanjang tahun 2023, yang kemudian berdampak pada pertumbuhan lapangan kerja.
Akibatnya, lapangan kerja di sektor swasta meningkat pada tingkat paling lambat dalam 31 bulan terakhir.
Namun demikian, ketidakpastian di Eropa tidak sepenuhnya menciptakan gelombang negatif di seluruh pasar keuangan dunia, tak terkecuali Indonesia.
Menurut pengamat Ekonomi, Gunawan Benjamin, IHSG berhasil menguat di atas level 7.200 setelah awalnya diperdagangkan di zona merah pada sesi pembukaan.
Gunawan mengatakan bahwa pelaku pasar kini tengah menanti rilis PDB zona euro, yang juga diproyeksikan akan tumbuh negatif.
Seiring rilis pengumuman, kinerja mata uang rupiah malah menunjukkan kekuatan dengan ditutup menguat di level 15.777 per US Dolar, setelah sempat melemah di kisaran level 15.830 per US Dolar selama sesi perdagangan hari ini.
"Kabar buruk dari Eropa sepertinya tidak mampu memberikan tekanan berarti pada pasar keuangan di Indonesia," ujar Gunawan kepada PARBOABOA, Rabu (31/1/2024).
Sementara, meski Eropa menghadapi tantangan ekonomi, harga emas di Indonesia juga menunjukkan ketangguhan yang mengejutkan, memberikan harapan dalam ketidakpastian global yang terus berlanjut.
Pasar emas memberikan pemandangan yang berbeda. Harga emas terpantau menguat di level USD2.035 per ons troynya selama sesi perdagangan hari ini.
Hal tersebut menjadi sebuah perbaikan, menjelang rilis data inflasi AS di pekan ini.
"Meskipun banyak kabar buruk menghantui pasar keuangan global, pasar emas tetap kuat, didorong lebih banyak oleh faktor teknikal daripada fundamental," ungkap Gunawan.
Editor: Wenti Ayu