PARBOABOA, Jakarta - Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada hari Kamis (16/2/2023) menyerukan permohonan dana sebesar US$1 miliar atau setara dengan Rp15,2 triliun dari negara-negara anggota untuk membantu korban gempa di Turki dan Suriah.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, dana tersebut bisa menyediakan bantuan kemanusiaan kepada 5,2 juta orang selama tiga bulan kedepan.
Ia menyebut, uang itu akan memungkinkan organisasi bantuan untuk meningkatkan dukungan vital dengan cepat, termasuk di bidang ketahanan pangan, perlindungan, pendidikan, air, dan tempat tinggal, kata Guterres.
"Saya mendesak masyarakat internasional untuk meningkatkan dan mendanai sepenuhnya upaya kritis ini sebagai tanggapan atas salah satu bencana alam terbesar di zaman kita," ujarnya.
Awal pekan ini, PBB menggalang dana sebesar US$400 juta atau setara dengan Rp6,1 triliun untuk membantu para penyintas Suriah melintasi perbatasan.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengungkapkan alasan dana untuk Turki 2,5 kali lebih banyak daripada permintaan untuk Suriah. Menurutnya, di Suriah terdapat komunitas kemanusiaan yang mapan.
Ia menambahkan, sebelum gempa berkekuatan M 7,8 itu terjadi, Suriah bahkan menerima dana kemanusiaan sebesar $4,8 miliar atau setara Rp 72,9 triliun.
"Jadi sudah ada dana kemanusiaan yang ada untuk Suriah, yang tidak ada untuk Turki," katanya.
Dalam sebuah pernyataan, Guterres mengatakan bahwa Turki adalah rumah bagi jumlah pengungsi terbesar di dunia dan negara itu telah menunjukkan kemurahan hati yang besar kepada tetangganya, Suriah, selama bertahun-tahun.
"Sekarang adalah waktunya bagi dunia untuk mendukung rakyat Turki - sama seperti mereka berdiri dalam solidaritas dengan orang lain yang mencari bantuan," katanya.
Sementara itu, pada hari Jumat (17/02), pejabat dan petugas medis melaporkan bahwa 38.044 orang tewas di Turki dan 3.688 di Suriah akibat gempa pada 6 Februari lalu, sehingga total korban tewas menjadi 41.732 jiwa.