parboaboa

PDIP Tumbang di Jakarta, Pengamat: Konsekuensi Logis sebagai Oposisi Anies Baswedan

Norben Syukur | Politik | 21-03-2024

Para kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) (Foto: PDI Perjuangan)

PARBOABOA, Jakarta – Rekapitulasi perolehan suara Pemilu 2024 sudah berakhir. Pada kontestasi demokrasi tahun ini, PDIP harus rela menelan kekalahan beruntun.

Popularitas PDIP yang cukup tinggi selama hampir satu dekade rupanya gagal mendongkrak elektabilitas paslon yang diusung. Partai besutan Megawati itu tak mampu mempertahankan kembali kekuasaannya.

Kekalahan telak PDIP di Jakarta sebagai sentrum politik dan pemerintahan semakin mempertegas bahwa taring politik partai berlogo banteng itu tak lagi setajam dulu.

Setelah 10 tahun terakhir menguasai kursi di Jakarta, baik di DPR RI maupun DPRD, kali ini PDIP harus legowo menyerahkan tiket kemenangan kepada PKS.

Berdasarkan real count KPU, suara PDIP di Jakarta melorot tajam ke posisi kedua, di bawah PKS.

PDIP hanya meraih 15,65 persen untuk Pileg DPR RI, diprediksi hanya bisa mendapat empat kursi atau kehilangan tiga kursi dibanding Pemilu 2019 silam.

Sedangkan untuk Pileg DPRD DKI, partai wong cilik itu meraih 14,01 persen dan kini hanya mendapatkan 14 kursi. PDIP harus kehilangan 11 kursi dibandingkan hasil Pemilu 2019, di mana mereka mendapatkan 25 kursi.

Oposisi Anies Baswedan

Pengamat politik dari Universitas Nasional, Selamat Ginting, menguraikan dua alasan tumbangnya PDIP di Jakarta dalam Pemilu 2024.

Pertama, Ganjar Pranowo yang menjadi beban politik. Menurut Ginting, menurunya suara PDIP ini sejalan dengan rendahnya suara pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Jakarta.

Berdasarkan hasil rekapitulasi KPU, perolehan suara Ganjar-Mahfud di Jakarta hanya 17,26 persen atau sebesar 1.115.138 suara.

Kenyataannya bahwa ada irisan antara pemilih calon di Pilpres dan partai di Pileg, ditambah lagi elektabilitas Ganjar di Jakarta kalah jauh dibandingkan dua calon lawannya.

Hal itu menjadi beban bagi PDIP karena tidak mendapat efek ekor jas, dan justru ikut anjlok.

Sementara Anies Baswedan, katanya, memiliki bekal elektabilitas karena pernah menjadi Gubernur di Jakarta.

Begitu juga dengan Prabowo Subianto, yang sudah cukup dikenal karena telah empat kali mengikuti Pilpres sejak 2009.

"Ya, Ganjar masih dianggap sebagai tokoh lokal di Jawa Tengah, kendati pernah jadi anggota DPR. Ganjar belum dikenal di Jakarta," kata Ginting kepada PARBOABOA, Selasa (19/3/2024).

Kedua, ada pil pahit masa lalu partai besutan Megawati Soekarnoputri terhadap Anies Baswedan.

Selain faktor Ganjar, Ginting menjelaskan kalahnya PDIP bisa saja karena "dosa" masa lalu partai banteng terhadap Anies Baswedan.

Ginting memaparkan, selama Anies menjabat Gubernur DKI Jakarta, PDIP menjadi partai yang paling keras mengkritisi.

"Bisa jadi pemilih di Jakarta tidak terlalu puas dengan kinerja PDIP terutama di DPRD DKI, di mana PDIP itu kan beroposisi terhadap pemerintahan gubernur Anies."

Ketika perolehan suara Anies di Jakarta tinggi, maka PDIP secara bersamaan suaranya turun.

Selain itu, Ginting menyebutkan, mayoritas masyarakat DKI itu pemilih rasional di mana mereka mempertimbangkan segala aspek dalam menentukan pilihannya.

Ginting menambahkan, keoknya PDIP juga bisa dilihat dari naiknya perolehan suara ketiga parpol yang tergabung dalam Koalisi Perubahan.

"Bisa dilihat, PKS yang konsisten mengusung Anies sejak dari Pilkada Jakarta 2017, dan akhirnya keluar sebagai juara di Jakarta pada Pemilu 2024," katanya.

Diketahui, PKS mendapatkan 1.143.912 suara atau 19,01 persen dari 6.016.877 suara sah untuk Pileg DPR RI, sehingga bisa meraih lima kursi DPR dari dapil Jakarta.

PKS juga mendapatkan suara sebesar 1.012.028 atau sekitar 16,68 persen dari total 6.067.241 suara sah dan meraih 18 kursi di DPRD DKI.Karena itu, jabatan Ketua DPRD DKI periode 2024-2029 pun dipastikan dipegang oleh PKS.

Demikian pula dengan Partai NasDem, yang mendapatkan tambahan kursi di DPRD DKI dari tujuh kursi di 2019 menjadi 11 kursi hasil Pemilu 2024.

Suara cukup signifikan juga didapatkan oleh PKB di Jakarta, di mana dari hasil Pemilu 2024, PKB untuk pertama kalinya bisa mendapatkan dua kursi DPR RI dari dapil Jakarta.

Di DPRD DKI Jakarta, PKB juga mendapat peningkatan kursi sebesar 100 persen, menjadi 10 kursi.

"Di Jakarta ini memang dinamis. Dalam beberapa pemilu ini juga bergantian siapa yang jadi juara, dan sekarang PKS yang menang. Sebelumnya, PDIP dua kali menang, dan sebelum itu Demokrat di 2009," papar Ginting.

Sementara pihak PDIP mengakui telah siap menghadapi hasil Pemilu 2024. Hal tersebut disampaikan melalui calon presiden yang diusungnya, Ganjar Pranowo.

Ganjar menguraikan bahwa pihaknya sudah siap dengan hasil yang ditetapkan oleh KPU. Bahkan menurutnya, PDIP sudah menyiapkan banyak hal.

"Tim hukum kami juga sudah siap. Maka kami akan mengikuti proses, insya Allah semua teman-teman sudah menyiapkan dengan baik," ucap Ganjar di Jakarta, Rabu (21/03/2024).

Walaupun demikian, mantan Gubernur Jawa Tengah itu mengakui pihaknya tengah menunggu waktu yang tepat untuk melayangkan gugatan ke MK. Kami sesuai dengan jadwalnya MK.

Sebelumnya, Ketua DPP PDIP, Said Abdullah, menyatakan pihaknya akan tetap menyampaikan kritik selama proses Pemilu 2024 hingga penetapan.

Said mengakui bahwa sikap kritis PDIP tidak hanya fokus untuk Jakarta, tetapi mencakup semua wilayah.

Menurut Said, pada satu sisi, di balik pengumuman itu ada proses yang harus dikritisi. Karena wilayah itu menjadi domain kami yang menjalankan proses Pemilu, baik pilpres maupun pileg.

"Terkait tanggapan resmi PDIP, akan diumumkan oleh Pak Hasto dan Pak Ganjar Pranowo," kata Said di Jakarta, Rabu (20/03/2024).

PDIP dipastikan akan langsung mengambil jalur hukum, yakni gugatan ke MK dan juga hak angket DPR. Namun, saat ini pihaknya masih melakukan pendalaman data.

Editor : Norben Syukur

Tag : #pdip jakarta    #pemilu    #politik    #ganjar    #mahfud    #megawati    #pdip kalah    #pdip tumbang   

BACA JUGA

BERITA TERBARU