PARBOABOA, Medan – Sebagaimana kita ketahui bahwa dampak perang Rusia dan Ukraina menyebabkan gandum langka di pasar internasional. Stok gandum kian menipis, membuat harganya melambung tinggi.
Di tengah tingginya harga saat ini, Pemerintah Kota Medan melalui Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang), menyarankan masyarakat Sumut untuk menggunakan panganan lokal selain gandum.
Kadis Ketahanan Pangan Pemerintah Kota Medan, Emilia Lubis mengatakan, sesuai dengan program pemerintah pusat, bahwasanya masyarakat harus menggunakan produk substitusi gandum, seperti ubi atau jagung.
"Ya memang pergunakan panganan lokal yang ada di daerah setempat. Memang itu program pemerintah menggunakan pangan lokal. Kalau misalnya gandum lokal tidak ada ya ubi atau jagung yang bisa diolah sehingga menarik dan enak," ungkap Emilia Lubis, dikutip dari detikSumut, Kamis (11/9/2022).
Emilia mengatakan, panganan lokal seperti ubi dan jagung tersedia dalam jumlah banyak di Kota Medan, namun cenderung tidak diolah dengan baik, sehingga produk tersebut kurang diminati pasar.
"Sama zatnya dan cukup banyak pasokannya di Kota Medan. Namun, karena tidak diolah menjadi cita rasa berbagai kreativitas jadi kurang diminati," ujarnya.
Untuk meningkatkan konsumsi terhadap panganan lokal, Pemko Medan menyarankan kepada setiap hotel untuk menggunakan bahan baku lokal, selain sebagai media promosi, hal ini juga bisa membantu memberdayakan petani di Sumatera Utara.
"Kita juga menyarankan setiap hotel untuk menggunakan panganan lokal sebagai sarapan pagi. Cuma kalau bentuknya seperti ubi rebus ya tidak mau, harus dikreasikan," imbuh Emilia.
Emilia memastikan kebutuhan pangan di Kota Medan masih tercukupi. Namun, ia mengharapkan masyarakat meningkatkan kreativitas untuk mengembangkan panganan lokal agar semakin digemari.
"Sekarang dibutuhkan untuk masyarakat memakan singkong. Jika sudah kebutuhannya tinggi, petani juga berlomba, kan ini bisnis. Ketersediaan pangan kita cukup namun memang ada kenaikan harga secara nasional," pungkasnya.