PARBOABOA – Indonesia kaya akan warisan sejarah, salah satunya adalah Prasasti Kerajaan Tarumanegara. Prasasti ini menjadi bukti penting dari masa kejayaan kerajaan kuno yang pernah berdiri di wilayah barat Pulau Jawa pada abad ke-4 hingga ke-7 Masehi.
Sebagai kerajaan tertua kedua di Indonesia, Tarumanegara berada di sekitar muara Sungai Citarum dan Sungai Cisadane, ibukota kerajaan tersebut berada di daerah yang sekarang dikenal sebagai kota Bogor.
Raja Purnawarman merupakan salah satu raja terkenal dari Kerajaan Tarumanegara dan dianggap sebagai salah satu penguasa terbesar dalam sejarah kerajaan tersebut.
Sumber sejarah utama yang mengungkap keberadaan dan kehidupan kerajaan ini adalah beberapa prasasti yang telah ditemukan.
Dengan setiap prasasti yang terungkap, kita dapat menggali lebih dalam tentang kejayaan dan kehidupan masyarakat Tarumanegara pada zamannya.
Lantas apa saja prasasti kerajaan Tarumanegara yang masih ada hingga kini? Temukan jawabannya pada artikel di bawah ini.
1. Prasasti Ciaruteun
Peninggalan prasasti kerajaan Tarumanegara pertama adalah prasasti Ciaruteun. Prasasti ini ditemukan di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor pada 1863.
Dalam Prasasti Ciaruteun ini ditemukan pahatan cap telapak kaki Raja Purnawarman, laba-laba, serta sajak beraksara Pallawa yang berbunyi
"Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia".
2. Prasasti Jambu
Prasasti Jambu atau yang juga dikenal sebagai Prasasti Koleangkak, adalah salah satu peninggalan penting dari Kerajaan Tarumanegara. Prasasti ini ditemukan di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Penemuan prasasti ini dilakukan oleh Jonathan Rigg pada tahun 1854.
Prasasti Jambu terdiri dari sepasang telapak kaki yang dipahat di atas sebuah batu. Telapak kaki ini disertai dengan sebuah puisi dalam bentuk dua baris.
Berikut terjemahnya isi Prasasti peninggalan Tarumanegara ini
"Yang termasyhur serta setia kepada tugasnya adalah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannya lah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya."
3. Prasasti Kebon kopi I
Prasasti Kebon Kopi I adalah sebuah prasasti yang menampilkan ukiran sepasang telapak kaki gajah, dengan mengapit sebaris tulisan dalam bahasa Sanskerta menggunakan huruf Pallawa.
Ukuran Prasasti Kebon Kopi I ini diperkirakan memiliki tinggi sekitar 62 cm, lebar 104 cm, dan panjang 164 cm. Prasasti ini memiliki sejarah yang terkait dengan perluasan wilayah untuk pengembangan ladang penanaman kopi.
Prasasti Kebon Kopi I ditemukan pada abad ke-19 di Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor, yang terletak di daerah pertemuan tiga sungai, yaitu Sungai Cisadane (bagian timur), Sungai Cianten (bagian barat), dan Sungai Ciaruteun (bagian selatan), serta dekat pertemuan Sungai Cianter dengan Sungai Cisadane di bagian utara.
4. Prasasti Kebon Kopi II
Terletak tak jauh dari Prasasti Kebon Kopi I, Prasasti kerajaan Tarumanegara ini ditemukan di Kampung pasir Muara, Desa Ciaruteun llir/1 km dari prasasti yang ke-1 pada abad 19.
Sayangnya, pada tahun 1940-an, Prasasti Kebon Kopi I telah dicuri oleh individu yang tidak bertanggung jawab. F. D. K. Bosch, seorang pakar yang telah melakukan penelitian terhadap prasasti ini, mengungkapkan bahwa dalam prasasti tersebut terdapat tulisan dalam bahasa Melayu Kuno yang menyatakan "Raja Sunda menduduki kembali tahtanya".
5. Prasasti Tugu
Prasasti peninggalan kerajaan tarumanegara yang berisi tentang penggalian sebuah saluran air atau Sungai Gomati adalah Prasasti Tugu.
Prasasti ini ditemukan di daerah Tugu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, dan merupakan prasasti terpanjang yang pernah dibuat oleh Raja Purnawarman.
Prasasti Tugu dipatahkan pada sebuah batu bulat panjang yang isinya berupa pernyataan letak ibu kota kerajaan Tarumanegara.
Tujuan dari penggalian ini adalah untuk menghindari bencana alam seperti banjir dan kekeringan yang sering terjadi di musim kemarau. Raja Purnawarman berusaha mengatur pola aliran air untuk meminimalkan dampak buruk perubahan iklim dan mendukung pertanian di wilayah tersebut.
6. Prasasti Pasir Awi
Prasasti Pasir Awdi ditemukan pada tahun 1864 silam oleh seorang arkeolog berkebangsaan Belanda bernama N.W.Hoepermans pada tahun 1864 silam di kawasan hutan Cipamingkis, Bogor, tepatnya di Bukit Pasir Awi bagian selatan.
Menurut situs resmi Kemendikbud, Rogier Diederik Marius Verbeek mengemukakan bahwa piktograf yang terdapat pada prasasti kerajaan Tarumanegara ini diduga merupakan representasi angka tahun. Namun, hingga saat ini belum ada penjelasan yang dapat dipastikan secara akurat mengenai makna piktograf tersebut.
Dalam prasasti tersebut terdapat telapak kaki dan tulisan Pahlawan. Namun, sayangnya isi dari prasasti Pasir Awi ini belum dapat disimpulkan.karena inspirasinya lebih berupa gambar (pinktograf) daripada tulisan.
7. Prasasti Cidanghiang
Bukti prasasti kerajaan Tarumanegara berikutnya adalah Prasasti Cidanghiang atau yang juga dikenal dengan nama Prasasti Cidanghiang.
Keberadaan Prasasti tersebut pertama kali diketahui atas laporan kepala DInas Purbakala Toebagoes Roesjan pada 1947.
Isi dari Prasasti Cidanghiang ini adalah penghormatan kepada Purnawarman sebagai lambang keberanian, keagungan, dan keperwiraan yang sesungguhnya dari seluruh raja di dunia.
8. Prasasti Muara Cianten
Peninggalan prasasti kerajaan Tarumanegara yang terakhir adalah Prasasti Muara Cianten. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1864 silam di Desa Cianten, Bogor, Jawa Barat.
Prasasti ini ditemukan oleh N.W Hopermans di tepi Sungai Cisadane. Berikut ini terjemahan isi Prasasti
"Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi (4), pemerintahan negara dikembalikan kepada Raja Sunda."
Prasasti Kerajaan Tarumanegara adalah saksi bisu masa kejayaan sebuah kerajaan kuno di wilayah barat pulau Jawa. Melalui prasasti ini, kita dapat merangkai puzzle sejarah untuk melestarikan warisan ini agar generasi mendatang tetap terhubung dengan akar budaya dan identitas Nusantara.