PARBOABOA, Jakarta - Presiden China Xin Jinping pada, Kamis (22/12/2022) menjelaskan kepada mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev bahwa pihak-pihak terkait dengan krisis Ukraina harus tetap rasional atau menahan diri. Xi meminta semua pihak terkait untuk terlibat dalam dialog komprehensif dan mengatasi masalah keamanan bersama melalui cara politik. Demikian disampaikan dari kantor resmi China Xinhua.
"China menjunjung tinggi objektivitas dan keadilan dan secara aktif mempromosikan pembicaraan damai," ujar Xi kepada Medvedev selama pertemuan mereka di Beijing, Xinhua.
Medvedev sebagai wakil ketua Dewan Keamanan Rusia dan pemimpin partai Rusia Bersatu yang berkuasa, diundang oleh Partai Komunis China, mengungkapkan alasan krisis Ukraina terjadi dan hal tersebut sangat rumit. Dia juga menjelaskan, bahwa Rusia bersedia untuk menyelesaikan masalah melalui pembicaraan damai.
Diketahui, sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, Beijing telah menahan diri untuk tidak mengecam Moskow dan menentang sanksi yang dikenakan oleh negara-negara Barat. Tapi, Xi telah menyatakan keprihatinannya tentang perang di Ukraina dan menyampaikan keberatan atas penggunaan atau ancaman pengguna senjata nuklir di negara Eropa Timur tersebut.
Kemudian, Medvedve memberikan surat pribadi dari Presiden Rusia Vladimir Putin kepada Presiden Xi, dimana dalam isi surat tersebut tentang tingkat dialog politik Rusia-China dan kerja sama praktis yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Xi mencatat, bahawa hubungan China dan Rusia telah bertahan dalam ujian perubahan global selama satu dekade terakhir dan kedua negara telah mempertahankan perkembangan tingkat yang sehat dan cukup stabil. Dia menjelaskan, akan mengembangkan kemitraan bilateral yang komprehensif merupakan “pilihan strategis jangka panjang” bagi China dan Rusia.
Xi juga menerangkan bahwa Beijing siap bekerja sama dengan Moskow untuk “membuat tata kelola global lebih adil dan setara”, yang merupakan sebuah pukulkan nyata terhadap tatanan internasional yang dipimpin Amerika Serikat.