Rupiah dan IHSG Menguat Di Tengah Sikap Hawkish Bank Sentral AS

Ilustrasi IHSG dan Rupiah yang terus menguat di perdagangan. (Foto: PARBOABOA/Fika)

PARBOABOA, Medan – Meskipun sempat ditransaksikan di zona merah, Indeks Harga Saham Gabungan masih mampu membukukan penguatan.

IHSG ditutup naik 0.34 persen di level 7.220,88, di mana investor asing membukukan transaksi jual bersih senilai Rp349 miliar.

Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan IHSG masih mampu bergerak menguat, meskipun ada begitu banyak sentimen negatif yang mempengaruhi kinerja pasar keuangan.

Kekhawatiran bahwa pidato Gubernur The FED dan hasil FOMC (Federal Open Market Committee) minutes bisa memberikan tekanan, ternyata tidak begitu terbukti.

Sekalipun The FED tetap bernada hawkish, namun dampak ke pasar keuangan ternyata tidak seburuk yang dikhawatirkan.

Bahkan US Dollar sendiri juga tidak terdorong untuk menguat lebih jauh, sekalipun The FED tidak memberikan kepastian kapan akan memangkas bunga acuan.

Menurut Gunawan Benjamin, ada gambaran yang bias antara kebijakan yang dilakukan The FED terhadap dampaknya ke pasar keuangan saat ini.

“Saya menilai ini sebagai sebuah anomali, dibandingkan sebagai sebuah keberuntungan di mana pasar menguat sekalipun bunga acuan tetap bertahan mahal,” ujar Gunawan Benjamin pada PARBOABOA, Kamis (04/07/2024).

Pada hari ini, mata uang Rupiah bahkan terpantau mampu melanjutkan penguatan. Dan selama sesi perdagangan hari ini, mata uang Rupiah mampu berada di zona hijau.

Mata uang Rupiah ditutup menguat di level 16.325 per US Dollar. Di mana US Dollar juga terpantau mengalami tekanan dari sejumlah mata uang di Asia.

Padahal, US Dollar seharusnya diuntungkan dengan sikap The FED. US Dollar pada hari ini juga tidak ditopang dengan indikator keuangan lainnya seperti US Treasury beserta USD Index.

Dan tidak hanya mata uang Rupiah, harga emas juga terpantau menguat pada perdagangan hari ini. Walau demikian, harga emas terpantau sedikit melemah di sesi perdagangan sore.

Harga emas ditransaksikan di kisaran level 2.357 US Dollar per ons troy. Dalam mata uang Rupiah, harga emas ditransaksikan menguat di kisaran 1.241 juta per gram nya.

Sebelumnya, Gunawan Benjamin menuturkan, dalam FOMC Bank Sentral AS, The FED belum sepenuhnya yakin untuk memangkas suku bunga.

Kecuali jika inflasi sesuai dengan sasaran target The FED. Kabar ini kian mengukuhkan pidato Gubernur Bank Sentral AS sebelumnya, di mana pasar belum mendapatkan arah kebijakan yang jelas terkait suku bunga acuan The FED ke depan.

Meski demikian, bursa di Asia pada perdagangan hari ini terpantau bergerak di zona hijau. IHSG juga terpantau mengalami penguatan pada sesi perdagangan pagi ini.

IHSG terpantau menguat di kisaran level 7.200. Sementara mata uang Rupiah ditransaksikan menguat di level 16.330 per US Dollar nya. Tidak ada tekanan besar yang terjadi di pasar keuangan sejauh ini.

“Sikap The FED yang pada dasarnya dinilai merugikan pelaku pasar. Justru belum memicu terjadinya tekanan pada pasar keuangan,” jelas Gunawan Benjamin.

Beberapa indikator keuangan lainnya juga terpantau tidak merespon dengan kebijakan The FED tersebut.

Imbal hasil US Treasury 10 tahun justru turun di kisaran 4.354 persen sementara USD Index juga terpantau turun mendekati level 105.

Gambaran terkini terkait dengan kemungkinan pemangkasan suku bunga AS, lebih besar kemungkinan baru akan dimulai di tahun 2025 mendatang.

Inflasi AS memang dalam tren penurunan, namun berjalan lambat. Sehingga suku bunga global akan bertahan tinggi untuk waktu yang lama.

Di sisi lain, harga emas terpantau mengalami kenaikan di tengah kian suramnya prospek penurunan bunga acuan.

Harga emas pada sesi perdagangan pagi ditransaksikan naik di kisaran 2.360 US Dollar per ons troy nya. Harga emas mendapatkan angin segar dari tensi geopolitik yang memanas belakangan ini.

Editor: Fika
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS