PARBOABOA, Jakarta - Kebanyakan anak-anak sangat menggemari makanan manis dengan kadar gula tinggi. Namun, jika anak terbiasa mengkonsumsi gula berlebih, bisa memicu sindrom metabolik.
Dokter spesialis anak lulusan Universitas Negeri Sebelas Maret, Dr. Noor Anggrainy Retnowati Sp.A menjelaskan, sindrom metabolik merupakan gangguan kesehatan secara bersamaan dapat meningkatkan risiko penyakit seperti diabetes tipe 2 dan serangan jantung.
"Asupan gula berlebihan meningkatkan risiko sindrom metabolik seperti obesitas atau overweight, gizi lebih, kadar kolesterol jahat dan diabetes tipe dua meningkat di kemudian hari," kata Anggrainy dikutip dalam keterangan tertulis, Selasa (27/09/2022).
Anggrainy menjelaskan, orang tua harus mengingat bahwa ada banyak jenis gula yang perlu diketahui agar asupannya dapat dikendalikan. Selain gula pasir, ada juga fruktosa, glukosa, laktosa, maltosa alias gula gandum, raw sugar atau gula kristal mentah hingga sukrosa.
American Academy of Pediatrics pun telah mengatur asupan gula untuk anak per hari dibatasi maksimal enam sendok teh atau kurang lebih 24 gram. Penambahan gula pada makanan dan minuman anak berusia di bawah 2 tahun tidak dianjurkan, namun ketika anak beranjak besar maka asupan gulanya dibatasi.
Selain itu, mengonsumsi makanan manis melebihi batas anjuran dapat memicu masalah pada tubuh dan kembang anak. Di Indonesia sendiri, anak usia 10 tahun yang mengonsumsi makanan manis mencapai 53,1%, makanan asin 26,2%, dan makanan berlemak 40,7%.
Mengkonsumsi tiga jenis makanan tersebut secara berlebih tentu akan menyebabkan kondisi yang merugikan bagi kesehatan anak. Seperti obesitas pada anak, sampai menyebabkan penyakit hipertensi, diabetes, penyakit jantung koroner, kanker dan stroke.
Melalui website eprints.poltekkesjogja.ac.id, secara nasional, masalah gemuk pada anak usia 5-12 tahun masih cukup tinggi, yakni mencapai 18,8%.
Penelitian lanjutan menemukan fakta terbaru yang menyatakan, kasus anak gemuk lebih banyak ditemukan di daerah perkotaan, sebesar 27,3% dibanding pedesaan yang hanya 2,5%.
Oleh karena itu, kebiasaan konsumsi makanan tinggi gula, lemak dan garam harus menjadi perhatian, terlebih pada anak-anak. Sebab, konsumsi ketiganya secara berlebih dapat mempengaruhi kesehatan anak di masa mendatang.