PARBOABOA, Medan - Bahan bakar minyak (BBM) solar dilaporkan langka di sejumlah daerah, yakni mulai dari Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, hingga Sumatera Utara.
Hal ini mengakibatkan, terjadi antrean panjang kendaraan logistik di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), Rabu (30/3/2022).
Adapun fakta-fakta tentang kelangkahan solar, yakni:
1. Terjadi Sejak 2 Pekan Terakhir
Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) menyebut bahwa kelangkaan solar terjadi sejak dua minggu terakhir. Namun, mereka belum mengetahui pasti alasan di balik kelangkaan solar.
"Sudah dua minggu, nggak tahu kenapa tiba-tiba solar menghilang. Artinya, supply ke SPBU berkurang, kami jadi ngantri (untuk beli solar)," ujar Ketua Umum ALI Mahendra, Rianto.
Akibatnya, distribusi barang yang biasanya dilakukan pelaku usaha logistik harus mengalami keterlambatan dan dikhawatirkan harga barang yang diangkut akan naik.
2. Kepala Daerah Turun Tangan
Kelangkaan solar dilaporkan terjadi di sejumlah daerah mulai dari Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, hingga Bengkulu. Karena itu, sejumlah kepala daerah pun turun tangan.
Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah mengatakan, karena kelangkaan itu, pihaknya mengajukan penambahan kuota subsidi BBM solar kepada Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas). Permintaan tersebut diajukan dikarenakan stok solar di Bengkulu tidak stabil sehingga menimbulkan antrean yang panjang.
"Pemerintah mengajukan penambahan kuota BBM subsidi jenis solar agar tidak ada antrean panjang kendaraan di beberapa SPBU," katanya.
3. Dugaan Penyelewengan
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkapkan bahwa kelangkaan solar terjadi lantaran adanya dugaan penyelewengan yang dilakukan oleh industri besar sawit dan pertambangan.
Dugaan tersebut dilontarkan oleh Nicke lantaran penjualan solar nonsubsidi menurun, sementara penjualan solar subsidi naik dan industri ikut mengalami kenaikan.
Saat ini, solar menguasai pangsa pasar BBM diesel hingga 93 persen, sisanya adalah BBM nonsubsidi yang dijual dengan harga keekonomian.
4. Ancaman Harga Barang Naik
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan memperingatkan pemerintah ancaman di balik kenaikan harga solar yakni kenaikan harga barang. Lonjakan harga bisa terjadi karena peningkatan biaya logistik dan distribusi.
Oleh karena itu, ia meminta kepada BPH Migas untuk mengatur jalur distribusi kuota subsidi solar dan menjatuhkan sanksi tegas terhadap pelaku usaha yang menyelewengkan solar bersubsidi.
Editor: -